Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dianggap Rebut Lapangan Kerja, Thailand Tindak Pekerja Migran

Thailand menindak para pekerja migran dari sejumlah negara tetangga dan mengatakan bahwa mereka merebut pekerjaan dari warga Thailand, di tengah kekhawatiran terkait meningkatnya perasaan anti-imigran saat perekonomian negara itu mengalami perlambatan.
Pekerja di pabrik pelumas Amaco Thailand Limited. /amaco
Pekerja di pabrik pelumas Amaco Thailand Limited. /amaco

Bisnis.com, BANGKOK -  Thailand menindak para pekerja migran dari sejumlah negara tetangga dan mengatakan bahwa mereka "merebut pekerjaan dari warga Thailand," di tengah kekhawatiran terkait meningkatnya perasaan anti-imigran saat perekonomian negara itu mengalami perlambatan.

Dalam sebuah operasi yang dipimpin oleh Departemen Ketenagakerjaan Thailand, pihak kepolisian dan tentara pada Rabu menggerebek sebuah pasar di Bangkok dan menahan 14 orang, sebagian besar di antara mereka berasal dari Myanmar.

"Kami telah mendapatkan banyak keluhan terkait para imigran gelap yang bekerja di pasar termasuk warga negara Vietnam dan bahkan warga Asia Selatan yang mencuri pekerjaan dari warga Thailand," kata Kepala Polisi Imigrasi Thailand Nathorn Phrosunthorn kepada wartawan Reuters.

"Mereka seharusnya melakukan pekerjaan yang tidak diinginkan oleh warga Thailand seperti pembantu rumah tangga," ujarnya.

Di bawah ketentuan 2015, warga Vietnam terbatas dalam pekerjaan mereka di Thailand dan hanya dapat bekerja sebagai buruh di sektor perikanan atau konstruksi Thailand.

Warga Kamboja juga ditahan saat penggerebekan, bersama dengan mereka yang berasal dari Myanmar dan Vietnam.

Perasaan anti-imigran Lebih dari tiga juta orang migran bekerja di Thailand, sebagian besar berasal dari Myanmar, menurut Organisasi Migrasi Internasional.

Thailand menjadi kaya raya dibandingkan dengan negara-negara tetangganya saat perekonomian mereka meningkat lebih dari tujuh persen tiap tahunnya pada 1980an dan 1990an, menarik para pekerja migran dari wilayah Mekong Delta dan sebagian wilayah Asia lainnya. Mereka sebagian besar melakukan pekerjaan yang biasanya tidak diinginkan oleh warga Thailand, termasuh pekerjaan kasar di sektor perikanan dan konstruksi.

Namun, lebih dari dua tahun setelah pemerintah militer merebut kekuasaan dan dengan perekonomian Thailand yang sedang goyah, sejumlah kelompok hak asasi juga melihat meningkatnya perasaan benci terhadap para imigran di Thailand, menyamakannya dengan perasaan serupa yang ada di negara lain.

"Sepertinya terdapan peningkatan perasaan nasional dalam kebijakan imigrasi Thailand yang mengklaim para migran dari Vietnam, contohnya, yang mengambil pekerjaan yang hanya boleh dilakukan oleh warga negara Thailand," Sunai Phasuk dari Human Rights Watch mengatakan kepada wartawan Reuters.

"Kami belum melihat peningkatan perasaan anti0imigran seperti ini selama beberapa dasawarsa. Ini berpengaruh terhadap kekhawatiran ekonomi".

Sanit Choklamlert, seorang penjaga tokodi distrik Silom, Bangkok, mengatakan bahwa para migran dipandang sebagai pesaing bagi beberapa warga Thailand.

"Terdapat terlalu banyak warga Myanmar yang ada disini saat ini dan mereka memperebutkan pekerjaan yang sama dengan kami," ujarnya. "Kami perlu memulangkan beberapa di antaranya".

Perdagangan Manusia Perekonomian Thailand berada di jalur pertumbukan sebesar tiga persen pada 2016 setelah meningkat dari 2,8 persen pada 2015 dan hanya 0,7 persen pada 2014.

Nathorn mengatakan bahwa tindakan keras itu tidak didorong oleh kebijakan anti-imigran. "Kami masih memerlukan pekerja migran. Kamu hanya ingin menjaga ketertiban," kata dia.

Penggerebekan itu menyasar sejumlah pasar, restoran, swalayan dan pusat perbelanjaan. Sekitar 153 orang imigran dikumpulkan sejak 1 September hingga 26 September, menurut data departemen tenaga kerha. Mereka yang tertangkap terancam dijatuhi hukuman penjara hingga lima tahun, denda hingga 3.000 baht (sekitar satu juta rupiah) atau deportasi.

Para migran juga seringkali beresiko jatuh ke tangan sindikat perdagangan manusia, yang menjual mereka untuk dijadikan buruh pertanian, penebangan pohon dan nelayan, sejumlah kelompok hak asasi mengatakan.

Thailand disingkirkan dari daftar tahunan oerdagangan manusia Departemen Luar Negeri Amerika Serikat pada tahun ini, meskipun adanya "kerja paksa yang meluas" di industri makanan laut negara itu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA/REUTERS

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper