Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Belanja Online Gerus Pendapatan Pedagang Konvensional di Banten

Perdagangan online (e-commerece) mulai menggerus pendapatan pedagang konvensional di Provinsi Banten.nn.
Ilustrasi belanja online./Bisnis
Ilustrasi belanja online./Bisnis

Bisnis.com, TANGERANG — Perdagangan online (e-commerece) mulai menggerus pendapatan pedagang konvensional di Provinsi Banten.

Hasil Kajian Ekonomi Regional yang dirilis Bank Indonesia (BI) Banten, pertumbuhan penjualan pada sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil, dan sepeda motor mengalami perlambatan menjadi 3,91% pada kuartal II/2016.

“Angkanya masih menunjukkan kenaikan, tetapi polanya melambat. Salah satu penyebab turunnya volume perdagangan karena masyarakat lebih memilih berbelanja secara online,” kata Manajer Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia Provinsi Banten Jenidar Oseva kepada Bisnis, Kamis (8/9/2016).

Melihat kondisi tersebut, pelaku usaha mulai gencar melakukan promosi dan penjualan melalui kerja sama dengan toko online.

Dalam struktur perekonomian Banten, subkategori perdagangan besar dan eceran memiliki pangsa hingga 86%. Oleh sebab itu, fluktuasi pertumbuhan sektor ini sangat berpengaruh terhadap ekonomi provinsi ini, selain industri pengolahan.

Pada kuartal III/2016, subsektor ini diperkirakan masih melambat karena pola konsumsi masyarakat sudah mencapai pucaknya pada kuartal II/2016. Perdagangan antar negara juga masih melambat seiring dengan belum pulihnya perekonomian negara mitra pada tahun ini.

Sementara itu, perkembangan sistem pembayaran nontunai di Banten juga belum menunjukkan performa signifikan karena transaksi nontunai melalui Sistem Kliring Bank Indonesia (SKNBI) dan Real Time Gross Settlement (RTGS) masih melambat.

Efek perubahan kebiasaan masyarakat dalam berbelanja secara online ternyata belum mampu mendongkrak pembayaran nontunai, baik dari volume maupun nilainya karena konsumsi barang tahan lama oleh masyarakat mengalami perlambatan.

Jika dirinci, dari segi nilai transaksi kliring melambat menjadi 442%, sedangkan volumenya juga melambat menjadi 257%. Untuk RTGS, nilai dan volume RTGS masing-masing mengalami penurunan 55% dan 86% pada kuartal II/2016.

Pola belanja nontunai ini sebenarnya sudah dimanfaatkan oleh sejumlah kalangan untuk meningkatkan volume penjualan pelaku usaha terutama Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Sebelumnya, Pemerintah Kota Tangerang sudah mendorong pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk memanfaatkan jalur pemasaran online dengan menggandeng pelaku ritel online.

“Pemanfaatan jalur pemasaran online merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing UMKM. Melalui pemasaran online, UMKM tidak memerlukan biaya besar dalam memasarkan produknya,” kata Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Tangerang Sayuti di Tangerang.

Dalam kesempatan yang sama, Walikota Tangerang Arief R. Wismansyah juga mendorong pelaku UKM di Kota Tangerang untuk menggunakan aplikasi e-commerce yang dibangun atas kerja sama dengan salah satu vendor belanja online di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper