Kabar24.com, Berlin - Seorang pasien menembak dokternya di sebuah klinik universitas di wilayah barat daya Berlin sekitar pukul 11.00 waktu setempat, Selasa (26/7/2016).
Pihak Kepolisian Jerman seperti dikutip dari Reuters menyebutkan setelah menembak dokter, sang pasien kemudian menembak mati dirinya sendiri. Sejauh ini belum ditemukan adanya tanda-tanda terorisme dalam kasus ini.
Sementara itu, sang dokter mengalami luka serius akibat ulah pasiennya. Tidak disebutkan perawatan apa yang sedang diberikan sang dokter kepada pasiennya ketika insiden tersebut terjadi.
Juru Bicara Benjamin Franklim Campus dari Charite University belum bersedia berkomentar terkait hal ini.
Kejadian ini menjadi insiden kelima yang menimpa Jerman sejak serangan pada 18 Juli lalu yang mengakibatkan 10 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka.
Beberapa waktu lalu, Reuters merilis bahwa pelaku sejumlah tindakan ekstrem baru-baru ini di Eropa diketahui memiliki persamaan yakni memiliki gangguan mental.
Adapun sejumlah peristiwa mengerikan itu di antaranya penembakan massal di klub malam gay di Orlando, Florida, AS; pembunuh anggota parlemen Inggris di Inggris bagian Utara.
Selain itu, pembunuhan anggota Polisi di Baton Rouge, Louisiana dan Dallas, Texas, AS; serangan dengan truk di Prancis pada perayaan Bastille Day; serta Penembakan massal di pusat perbelanjaan Jerman pada Jumat lalu.
Namun, untuk kasus penembakan dokter ini, belum diketahui apakah pelaku juga memiliki gangguan mental atau pernah menda[atkan perawatan untuk penyakit kejiwaan.
Selain itu, sebuah survei oleh Forschungsgruppe Wahlen tiga hari setelah insiden serangan di kereta api menyebutkan 70% rakyat menduga bahwa akan terjadi serangan terorisme dalam waktu dekat.