Kabar24.com, PRANCIS, Bisnis.com – Otoritas berwenang Prancis tengah menyelidiki apakah warga negara keturunan Tunisia yang menewaskan setidaknya 84 orang dalam serangan truk di tengah keramaian perayaan Bastille Day bertindak sendirian atau melibatkan kaki tangan yang terkait dengan kelompok teroris tertentu.
Seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (16/7/2016), serangan yang terjadi pada Kamis (14/7/2016) malam waktu setempat itu membawa duka yang mendalam bagi Prancis hanya delapan bulan berselang setelah pria bersenjata membunuh 130 orang di Paris. Serangan itu, juga sebuah serangan di Brussel pada empat bulan lalu, mengejutkan publik Eropa, yang telah khawatir atas keamanan dari imigrasi massal, terbukanya wilayah perbatasan, dan sekelompok Islam radikal.
Truk penyerang itu berkelok-kelok di sepanjang pinggir laut kota Promenade des Anglais di tengah bertaburnya kembang api yang menandai berakhirnya perayaan hari kemerdekaan Prancis. Truk itu menabrak rombongan keluarga dan kerabat yang tengah mendengarkan orkestra atau berjalan-jalan di sepanjang pantai Mediterania menuju hotel berusia seabad bernama Hotel Negresco.
Setidaknya 10 anak-anak meninggal akibat peristiwa itu. Dari sekian banyak korban terlyka, 25 orang di antaranya dapat diselamatkan, ujar pihak berwenang pada Jumat. (15/7/2016)
Franck Sidoli, salah seorang saksi mata mengatakan dia menyaksikan orang-orang menunduk sebelum truk itu akhirnya berhenti dalam jarak hanya lima meter dari dirinya.
“Ada seorang perempuan di sana, dia kehilangan puteranya. Putranya berbaring di tanah, berdarah,” ujarnya kepada Reuters.
Si supir truk, yang kemudian diketahui merupakan pria berusia 31 tahun bernama Mohamed Lahouaiej Bouhlel, ditembak tewas di tempat oleh kepolisian. Dia diketahui pernah menjadi tersangka untuk tindakan kriminal kecil, tetapi bukan militan radikal. Dia memiliki riwayat tindakan kriminal untuk perilaku menyetirnya, dan pernah dijatuhi hukuman masa percobaan selama tiga bulan karena melempar kayu ke pengendara lain.
Adapun investigasi yang dilakukan pihak berwenang akan mengidentifikasi apakah dia memiliki kaki tangan.
Jaksa asal Paris, Francis Molins mengatakan, “penyelidikan juga bertujuan mengetahui apakah Mohamed Laouaiej Bouhlel memiliki kaitan dengan kelompok teroris Islam,”
“Meskipun serangan kemarin belum diklaim oleh kelompok teroris, namun, hal semacam ini cocok dengan panggilan untuk pembunuhan dari organisasi teroris tersebut, " tambah Molins .
Molins mengatakan mantan istri Bouhlel berada di tahanan polisi. Dia memiliki tiga anak . Polisi menemukan satu pistol dan berbagai senjata palsu di truknya