Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PASCA BREXIT: Pemipin Jerman, Prancis, Italia Setuju Tak Ada Negosiasi

Para pemimpin Jerman, Prancis dan Italia setuju tidak ada negosiasi informal terkait keputusan Inggris meninggalkan Uni Eropa sebelum London memulai proses aplikasi resmi untuk meninggalkan blok itu, kata Kanselir Jerman Angela Merkel, Senin (27/6/2016).
Pendukung Brexit bersorak di pesta Leave.EU setelah melihat hasil penghitungan sementara referendum Inggris. Reuters/Toby Melville
Pendukung Brexit bersorak di pesta Leave.EU setelah melihat hasil penghitungan sementara referendum Inggris. Reuters/Toby Melville

Bisnis.com, BERLIN -  Para pemimpin Jerman, Prancis dan Italia setuju tidak ada negosiasi informal terkait keputusan Inggris meninggalkan Uni Eropa sebelum London memulai proses aplikasi resmi untuk meninggalkan blok itu, kata Kanselir Jerman Angela Merkel, Senin (27/6/2016).

"Kami semua sepakat bahwa Pasal 50 harus diaktifkan dan sebelum keputusan ini diambil tidak ada langkah-langkah lebih lanjut dapat dilakukan," kata Merkel dengan mengacu klausul dalam Perjanjian Eropa yang mengatur proses untuk sebuah negara keluar dari blok tersebut.

Dia berbicara pada sebuah konferensi pers bersama dengan Presiden Prancis Francois Hollande dan Perdana Menteri Italia Matteo Renzi di Berlin.

Sementara itu rakyat Inggris yang menginginkan negaranya "Keluar" dari Uni Eropa pada Jumat pagi memenangi referendum Brexit (Inggris keluar dari UE) dengan mencatat perolehan 52 persen dari suara yang masuk.

Berdasarkan hasil itu, Inggris menarik diri dari keanggotaan Uni Eropa setelah bergabung selama 43 tahun.

Sementara hampir semua hasil pemungutan suara sudah dihitung, lebih dari 17 juta warga memilih Inggris mencabut keanggotaan di EU.

Sekitar 16 juta lainnya memilih tetap menjadi bagian dari Uni Eropa. Hasil resmi dikutip dari media lokal.

Inggris menjadi negara pertama yang keluar dalam sejarah 60 tahun keberadaan kelompok Eropa itu.

Inggris, yang mulai bergabung dengan Komunitas Ekonomi Eropa pada 1973, memang selalu mempunyai hubungan ambivalen dengan blok tersebut. Meski mendukung perdagangan bebas dan ekspansi keanggotaan ke Eropa timur, mereka menolak menggunakan mata uang euro maupun bergabung dalam zona bebas Schengen.

Hasil referendum menunjukkan perpecahan yang mendalam di masyarakat Inggris. Pendukung Brexit merupakan jutaan warga yang merasa ketinggalan dalam globalisasi dan tidak mendapat keuntungan dari ekonomi pasar bebas.

Seorang anggota parlemen Inggris yang pro-Uni Eropa bahkan tewas akibat ditembak oleh pelaku yang meneriakkan "Mati bagi para pengkhianat, kebebasan untuk Inggris" dalam pengadilan.

Pada akhirnya, kekhawatiran akan migrasi yang tidak terkontrol dan kedaulatan menang melawan peringatan akan dampak buruk terhadap ekonomi jika Inggris keluar dari Eropa.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA/REUTERS
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper