Bisnis.com, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa pemulihan dini pascabencana topan Winston yang melanda Fiji masih terus berlangsung.
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB mengatakan personel TNI turut membantu Pemerintah Fiji dalam proses pemulihan sebagai bagian dari skema bantuan tanggap darurat Pemerintah Indonesia pada bencana topan Winston yang belangsung pada 21 Februari 2016 lalu.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei juga meninjau para personel TNI yang sedang menyelesaikan pembangunan kembali kompleks Queen Victoria School (QVS) pada Senin (6/6) di Lawaki, Fiji.
Perdana Menteri Fiji JV Bainimarama menerima Willem dan rombongan pada kunjungan kerja yang salah satunya bertemu satu kompi personel Zeni TNI AD yang sedang membangun kembali QVS.
Sebelum proses pembangunan QVS, para personel ini telah menyelesaikan kapel sekolah di daerah Lawaki. Di samping kunjungan, Willem akan menandatangani nota kesepahaman Pemerintah Indonesia dan Fiji dalam penanggulangan bencana.
"Seperti dikutip pada harian lokal, Mosese Duikono, siswa QVS yang berasal dari Pulau Qamea mengapresiasi bantuan dari Indonesia. Dan juga seorang ibu dari siswa QVS yang sangat bahagia terhadap bantuan yang diberikan masyarakat Indonesia," ujar Sutopo, seperti siaran pers yang diterima Bisnis, Minggu (5/6) malam.
Sutopo mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia telah memberikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Fiji senilai US$5 juta.
Bantuan tersebut diberikan oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan pada saat kunjungan di Suva 31 Maret 2016 lalu.
Seperti diketahui, bencana Topan Winston yang berkecepatan 320 km/jam telah mengakibatkan lebih 40 orang meninggal dunia.
Ribuan warga terdampak dengan mengungsi di tempat-tempat evakuasi, seperti di wilayah Pulau Viti Levu dan Koro. Topan ini merupakan salah satu topan terbesar yang pernah melanda Fiji.
Negara-negara pulau kecil di Samudera Pasifik sangat rentan dari terjangan siklon tropis.
Apalagi dampak perubahan iklim global telah makin nyata makin meningkatkan intensitas, frekuensi dan magnitude kejadian siklon atau topan. Selain itu kenaikan muka air laut juga akan makin mengancam negara-negara kepulauan di Pasifik.
Menurutnya dalam konteks ini Pemerintah Indonesia sangat berkepentingan membantu negara-negara yang terkena bencana. Pasalnya, selain memberikan bantuan kemanusiaan, juga untuk meningkatkan kerjasama antar negara.
"Jika sebelumnya Indonesia dikenal sebagai negara penerima bantuan luar negeri, saat ini Indonesia dikenal sebagai negara donor yang dengan cepat memberikan bantuan kemanusiaan pada negara yang terkena bencana," terangnya.