Bisnis.com, SURABAYA — Biaya transportasi menjadi komponen logistik yang porsinya paling besar dalam distribusi barang di Provinsi Jawa Timur.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Jatim yang dipublikasikan Bank Indonesia menyebutkan di sisi pembelian biaya transportasi mencapai 46% - 63%, sedangkan sisi penjualan 54% - 64%. Pembelian adalah distribusi dari produsen ke pedagang, sedangkan penjualan dari pedagang ke konsumen.
Kepala Kantor Bank Indonesia Jatim Benny Siswanto melalui KEKR menjelaskan berdasarkan komoditas, proporsi biaya transportasi paling tinggi dialami cabai merah.
“Sifatnya paling tidak tahan lama dan jalur perdagangannya relatif jauh, seperti Papua, Sulawesi, dan Kalimantan,” katanya.
Adapun proporsi biaya bongkar muat paling tinggi dialami komoditas kedelai. Penyebabnya adalah komoditas ini volumenya besar sehingga butuh upah tenaga kerja kasar dan karung tambahan selama proses bongkar muat.
Sementara beras adalah komoditas yang porsi biaya lain-lainnya tertinggi. Hal ini lantaran sifat beras sebagai komoditas pangan paling strategis. Kerap kali harus berhadapan dengan aneka pungutan liar selama pendistribusiannya terutama sepanjang jalur Pantura Jawa.
Benny menyatkaan adanya aliran perdagangan baik penjualan maupun pembelian antarprovinsi di Tanah Air dan antarkabupaten/kota memerlukan kelancaran sistem logistik. Hal ini tak hanya menyangkut sarana transportasi tetapi juga infrastruktur fisik dan pergudangan.
“Sistem logistik yang lancar akan mendukung efisiensi tata niaga, kewajaran margin pedagang, dan keterjangkauan harga pangan di level konsumen,” kata Benny.
Catatan saja, Hasil Survei Perdagangan Antarwilayah Kantor Perwakilan BI Jatim pada 2015 menunjukkan 31,2% produksi pangan Jatim dijjual ke 21 provinsi. Pangan ini terutama beras, gula pasir, kedelai, cabai merah, bawang merah, dan daging sapi.