Kabar24.com, DAMASKUS - Enam hari serangan udara dan pemberontakan di Aleppo, Suriah, berdampak buruk. Dikutip dari kantor berita asing Reuters, 200 orang tewas akibat peristiwa tersebut. Dua per tiga di antaranya adalah mereka yang melawan Pemerintah Suriah.
"Saya tidak bisa membayangkan akan seberapa besar bahaya di sini (Aleppo) dalam beberapa jam atau hari ke depan," ujar Chairman of The UN Humanitarian Task Force Jan Egeland sebagaimana dikutip dari Reuters, Jumat (29/4/2016).
Serangan terakhir dalam peperangan tersebut menyasar rumah sakit anak Al-Quds, yang dikelola Medecins Sans Frontiers (MSF), di Suriah. Menurut Perserikatan Bangsa-bangsa, dikutip dari CNN, kurang lebih 50 jiwa melayang dalam peristiwa itu. Mereka terdiri atas dokter, warga sipil, dan pasien.
Menurut Egeland, perperangan berhari-hari ini membuat Suriah nyaris "runtuh" dengan banyak warga tak bersalah terjebak di dalamnya. Ia memperkirakan Suriah tak akan bisa menderima bantuan apapun dalam rentang waktu 24-48 jam ke depan karena situasi yang tak memungkinkan untuk memasukkan pertolongan medis.
Rekan Egeland, Staffan de Mistura, bahkan pesimis gencatan senjata bisa dilakukan. Hal itu, kata ia, dilihat dari serangkain perundingan sebelumnya yang tak berujung hasil memuaskan. Untuk itu, ia mendesak pejabat tertinggi Amerika dan Russia untuk turun tangan dan memainkan pengaruh mereka di Timur Tengah agar gencatan bisa dicapai.
"Untuk sekarang, gencatan bisa gagal setiap saat," ujarnya di Jenewa. Di Jenewa, de Mistura mengupayakan jalan damai untuk menghentikan peperangan di Suriah yang sudah berlangsung selama lima tahun.
Melihat situasi tersebut, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry marah besar. Bahkan, ia menuding serangan ke Al Quds sebagai tindakan yang disengaja mengingat hal serupa pernah dilakukan Presiden Suriah Bashar Al-Assad.
"Tampaknya mengikuti rekam jejak Assad seperti penyerangan fasilitas dan tanggap darurat. Penyerangan ini telah membunuh ratusan orang tak berdosa di Suriah," ujar Kerry.
Senada dengan de Mistura, Kerry meminta Russia untuk menggunakan perngaruhnya terhadap Bashar Al-Assad dan menekannya untuk menghentikan serangan. "Sekali lagi, kami meminta para rezim yang terlibat untuk menghentikan serangan tak manusiawi ini," ujar Kerry.
Russia, yang selama ini berada di belakang Bashar Al-Assad, membantah telah terlibat di balik serangan ke Al-Quds.