Kabar24.com, JAKARTA - Pemerintah Filipina masih mengupayakan berbagai cara untuk pembebasan 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf.
Duta Besar Filipina untuk Indonesia Maria Lumen Isletta mengatakan hal itu di sela-sela acara Silaturahmi Kebudayaan di Ruang Nusantara Kementerian Luar Negeri RI di Pejambon, Jakarta, Kamis (7/4/2016).
Namun, Dubes Isletta menolak untuk memberikan penjelasan lebih lanjut dengan alasan keamanan sepuluh sandera WNI tersebut.
Sebelumnya, dalam pernyataan pers Menlu Retno Marsudi pada Senin (5/4/2016) lalu, disampaikan bahwa Kapal Tongkang Anand 12 yang dibajak kelompok militan Abu Sayyaf telah ditemukan di perairan Lahad Datu, Sabah, Malaysia.
Kapal Tongkang Anand 12 adalah salah satu kapal dari dua kapal yang dibajak kelompok Abu Sayyaf.
Kapal lainnya yakni Kapal Tunda Brahma 12 telah dilepaskan di perairan Filipina akhir Maret lalu, dan kini berada di tangan otoritas negara tersebut.
Menurut Menlu Retno, Kapal Anand 12 ditemukan dalam kondisi utuh dan sudah ditarik ke Pelabuhan Lahad Datu untuk pemeriksaan forensik yang membutuhkan waktu sekitar tujuh hingga sepuluh hari.
Selain itu, terkait lokasi perompakan dan penyanderaan yang berada di wilayah Malaysia, Menlu Retno mengatakan dirinya telah membuka komunikasi dengan Menlu Malaysia pada 31 Maret 2016 dan meminta kerja sama jika sewaktu-waktu diperlukan.
Seminggu lebih telah dilewati sejak Kemlu menerima informasi pada 28 April bahwa terjadi pembajakan terhadap Kapal Tunda Brahma 12 dan Kapal Tongkang Anand 12 yang berbendera Indonesia saat dalam perjalanan dari Sungai Puting Kalimantan Selatan menuju Batangas, Filipina Selatan.
Menlu menekankan bahwa pemerintah Indonesia terus berupaya untuk membebaskan kesepuluh WNI dengan acuan utama keselamatan mereka.