Kabar24.com, PALEMBANG - Kualitas Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi yang mengaliri sebagian besar wilayah Sumsel dinilai makin kritis.
Kondisi itu membutuhkan kebijakan pemerintah dalam penanganan yang menyentuh hulu dan hilir masalah.
Sementara, data menyatakan dari 8,6 ha kawasan DAS Musi sekitar 1,7 juta ha yang terindentifikasi kritis dan sangat kritis.
Ketua Forum Masyarakat DAS Sumsel Syafrul Yunardy mengatakan, permasalahan daerah aliran Sungai Musi sangat kompleks.
"Daerah aliran sungai memiliki pengertian yang luas, tidak hanya di hulu atau hilir sungai. Daerah aliran sungai sebagai daratan ataupun anak sungai berfungsi menampung dan menyimpan cadangan air. Ini mengapa permasalahan daerah aliran sungai bisa sangat kompleks dimaknai,"ujarnya saat pelantikan Forum DAS Sumsel, Kamis (31/3/2016).
Dia mengatakan menurunnya kualitas DAS memiliki banyak penyebab, namun permasalahan krusialnya setiap instansi masih berbeda pemahaman dalam mengartikan DAS itu sendiri.
"Banyak instansi yang mengenal DAS hanya kawasan sungai atau sebagian kawasan pesisir sungai. Padahal, daerah aliran sungai memiliki bentang alam dan pengertian yang lebih luas. Cakupan pelestarian daerah aliran sungai tidak hanya menyentuh wilayah sungai dan anak-anak sungai namun kawasan lain yang juga berfungsi sebagai kawasan daerah aliran sungai," jelasnya.
Dia menambahkan DAS Musi membutuhkan kebijakan terpadu dan berkelanjutan melalui keterlibatan lintas sektor guna penanganan kondisi kritis kualitas sungai.
Dalam forum masyarakat DAS ini diterangkan setiap elemen dapat berkontribusi dalam pencegahan, pelestarian, pengendalian dan restorasi daerah aliran sungai Musi di Sumsel
"Forum masyarakat Sungai akan memulai aktivitas dengan menghimpun berbagai elemen termasuk masyarakat dalam mengurai permasalahan penanganan daerah aliran sungai Musi, "terangnya.
Salah satu langkah awal, kata dia, forum yang akan berisikan banyak stakeholder memiliki target pengendalian kualitas sungai berkelestarian.
"Forumnya baru dibentuk di tiga kabupaten, agar nantinya dibentuk di seluruh kabupaten di Sumsel,"ujarnya.
Dalam perkembangannya, kebutuhan air terus meningkat sehingga akses air bersih makin sulit diperoleh sementara cadangan daerah aliran sungai terus mengalami kerusakan.
"Targetnya, melibatkan berbagai pihak guna menjadi kebijakan bersama. Butuh basis data dalam kebijakan yang terpadu. Mulai dari mengindentifikasi masalah, merumuskan strategi, hingga mendorong kebijakan berkelanjutan," ujarnya.
Peneliti dari World Agroforesty Centre (Icraf) Andree Ekadinata mengatakan hasil penelitian sementara atas Sungai Musi menyatakan kerusakan kualitas DAS Musi terus terjadi.
Kerusakan kualitas sungai di hulu yang akhirnya berimbas pada kualitas air di hilir sungai membutuhkan penanganan yang terpadu.
"Butuh adanya kebijakan yang terpadu, bagaimana pemulihan di sektor hulu dan penanganan di sektor hilir Sungai. Penyebab penurunan kualitas air, diantaranya alih fungsi lahan yang yang akhirnya menutup kawasan serapan,"katanya.
Aktivitas ahli fungsi lahan, kata dia, juga harus dilihat dari berbagai hal. Diantaranya peningkatan kebutuhan lahan akibat desakan pembangunan,
"Di satu sisi merusak akan tetapi ada kebutuhan lainnya. Harusnya, ada kebijakan penyerta, misalnya pertanggungjawaban atau regulasi jasa lingkungan," terangnya.