Bisnis.com, SEMARANG - PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) bersama Pemerintah Kota Semarang meresmikan Mangrove Edu Park di Pantai Maron, Kota Semarang.
Dalam persemian tersebut, jajaran direksi PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) bersama Wali Kota Semarang Hendrar Priadi melakukan penanaman 15.000 tanaman mangrove.
Direktur Utama RNI Didik Prasetyo mengatakan aktivitas tersebut merupakan wujud komitmen perusahaan dalam upaya pelestarian lingkungan.
"Melalui Mangrove Edu Park, RNI ingin mengajak seluruh pihak, terutama kepada generasi muda untuk semakin peduli terhadap kelestarian lingkungan," ujarnya dalam keterangan resmi, Sabtu (12/3/2016).
Berdasarkan catatan, Pantai Maron setiap tahunnya mengalami abrasi hingga 50 m.
Apabila dibiarkan, sambungnya, akan mengancam keberadaan landasan pacu Bandara Ahmad Yani yang berjarak hanya sekitar 1 km.
Mengutip data dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, perubahan iklim, pembangunan, abrasi, dan beberapa faktor lainnya telah membuat ekosistem laut di Kota Semarang mengalami kerusakan.
Akibatnya, luas ekosistem terumbu karang di Jawa Tengah juga tercatat mengalami penyusutan dari 1.377 hektare menjadi 987,62 hektare.
"Tujuan dari Mangrove Edu Park ini selain mencegah abrasi, juga menjadi wahana yang menyenangkan untuk sarana edukasi dan pembelajaran publik akan pentingnya hutan mangrove," imbuhnya.
Dia melanjutkan bahwa selama ini RNI melalui anak usahanya PT Phapros Tbk. telah rutin melakukan penanaman mangrove di lokasi tersebut. Kegiatan itu dilakukan secara konsisten demi menumbukan kesadaran bersama.
Adapun sejak 2011 lalu, Phapros secara total telah menanam hingga 500.000 mangrove.
Selain itu, perusahaan yang bergerak di bidang farmasi tersebut telah melakukan riset dengan mengambil beberapa hasil mangrove untuk dijadikan sebuah produk yang dapat memberikan nilai tambah.
"Pendekatan yang kami lakukan melalui mangrove cukup komprehensif. Tidak hanya dari sisi lingkungan dan keberlanjutan, tetapi juga dari aspek bisnis dan keilmuan,” kata Didik.
Saat ini, tuturnya, Phapros sedang meriset kandungan alkaloid pada biji atau buah mangrove, yang kemungkinan bisa dikembangkan menjadi produk obat.