Bisnis.com, JAKARTA—Belum lama ini, dalam kunjungannya ke Amerika Serikat, Presiden Joko Widodo menyempatkan waktu mengunjungi pusat industri teknologi terbesar di Amerika Serikat, yakni Silicon Valley. Kunjungan ini merupakan bagian dari inisiatif untuk menekankan peran Indonesia dalam meningkatkan keamanan dan pra-deteksi bencana melalui platform digital salah satunya adalah melalui Twitter.
Presiden Jokowi pun sempat mengungkapkan inisiatif untuk mengundang platform media sosial agar berpean sebagai jembatan komunikasi dan penyebaran pesan-pesan perdamaian. Di samping itu, platform live dan real-time yang dimiliki oleh Twitter diharapkan dapat menjadi bagian dari penanggulangan bencana dan situasi darurat.
Dalam perjalanannya perkembangan media sosial dari sisi kebiasaan pengguna dan pemanfaatan platform terus berubah. Tak terkecuali dengan media sosial yang identik dengan burung biru. Media sosial tak hanya dijadikan sebagai medium untuk mencurahkan perasaan semata. ‘Kicauan’ di platform ini dinilai memiliki peranan dalam pencegahan aksi terorisme dan tindakan ekstrimisme.
Sebenarnya, bagaimana Twitter melihat fungsi platform media sosial saat ini? Inovasi apa yang dilakukan untuk mempertahankan penggunannya di tengah gempuran variasi media sosial yang ada di pasaran? Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut petikan wawancara Bisnis bersama Country Business Head Twitter Indonesia Roy Simangunsong:
Saat ini banyak media sosial yang beredar di masyarakat, bagaimana Twitter menghadapi fenomena tersebut?
Di dalam sosial media sendiri dibagi-bagi fungsinya. Jadi semua orang memiliki banyak sosial media. Jika ada generalisasi terhadap sosial media menurut saya itu adalah hal yang salah. Sosial media itu semuanya disamakan, padahal tidak. Kalau berbicara kepada konsumen yang menggunakan sosial media tergantung kepada fungsinya. Saya memiliki banyak media sosial, tetapi fungsinya berbeda-beda. Tetapi pada saat kita lihat platform yang bisa untuk self-expression dan terhubung banyak orang, live conversation, itu menjadi kekuatan kami.
Inovasi tentu dibutuhkan bagi sebuah perusahaan. Apa yang akan dilakukan sepanjang 2016 ini?
Ada lima hal yang akan ditegaskan sebagai core function kami. Pertama, Kami sadar kalau statis tentunya tidak akan membawa benefit kepada consumen, sehingga kami harus refining our core. Kedua, leading dari yang sifatnya video streaming atau sama dengan penggunaan Periscope. Contohnya waktu Presiden mengunjungi kantor twitter di Amerika Serikat, dilakukan live menggunakan periscope. Hal ini membuat orang atau konsumen lebih merasa terkoneksi.
Ketiga, bagaimana mempermudah para creator content dan influencer menggunakan twitter. Contohnya creator content adalah media. 90% media di Indonesia pasti on twitter. Karena melihat hal tersebut masih relevan, pembaca melihat konten. Discover konten disitu. Bagaimana memudahkan mereka untuk melihat. Keempat, menjadikan platform twitter itu menjadi bagian dari ruangan yang cukup aman untuk melakukan self-expression. Tapi kami tidak mentoleransi adanya hate speech atau konten yang dilarang secara hukum. Keamanan menjadi prioritas. Kelima, kami mulai investasi di developer platform.
Bagaimana bentuk dukungan Twitter terhadap ekonomi digital di Indonesia?
Kami tentu mendukung ekonomi digital. Tetapi dengan adanya indirectly. Tim business development berubungan dengan developer. Kami mendukung dan mereka juga bisa melakukan promosi. Sehingga bisa memperluas pasar tidak hanya di Indonesia tetapi secara global.
Apa yang menjadi tantangan di pasar Indonesia?
Pasar Twitter sangat masif dan menarik. Saat ini pengguna di Indonesia masuk ke dalam top 5 in the world. Dari faktanya, dari sekitar 50 global brand, 43-45 beriklan aktif di twitter. Hal ini menunjukkan berada di Twitter menjadi penting. Orang Indonesia adaptif terhadap apa yang diberikan platform, video salah satunya. Pengguna pun reseptif terhadap perkembangan terkini.
Bagaimana peranan media sosial saat ini?
Jaman dulu berbicara 140 karakter sudah merasa cukup. Kemudian mulai menggunakan foto. That’s what happens on Twitter. Mungkin ke depannya bisa aja melakukan transaksi e-commerce di Twitter. Atau media sosial bisa menjadi bagian dari costumer service. Pengembangan ke depannya tentu. Selain bisa menjadi bagian CS, bisa dimanfaatkan untuk berkomunikasi dengan pimpinan. Dahulu tak terbayangkan bisa menyapa presiden menggunakan media sosial. Saat ini bisa dilakukan. Live communication bisa menggunakan media sosial.