Bisnis.com, DENPASAR - Regu penyelamat yang terdiri dari dokter hewan spesialis mamalia laut dan tim peduli satwa lainnya dari Bali Safari & Marine Park dan Batang Dolphin Centre tiba di Taman Nasional Komodo satu hari setelah adanya pemberitahuan ditemukannya seekor anak dugong yang terdampar di pesisir pulau tersebut.
Nova Dien, Brand & Marketing Manager Bali Safari & Marine Park, mengungkapkan regu penyelamat kali ini terdiri dari Nimal Fernando, Kadek Kesuma, Nyoman Suartawan, dan Sutejo yang telah tiba disana.
Dugong atau yang biasa dikenal dengan sebutan duyung atau sapi laut merupakan mamalia laut berukuran cukup besar, panjang dugong dewasa bisa mencapai 2,5 meter hingga 3 meter. Dengan kemampuan bertahan hidup hingga 75 tahun, satwa yang dikenal jinak dan pemalu ini biasa hidup di perairan laut tenang dan dangkal dengan makanan berupa rumput laut dan akar-akar tanaman laut lainnya.
Dahulu, dugong biasa diburu untuk daging dan minyak tubuhnya. Namun kini dugong telah dikategorikan sebagai satwa yang terancam punah dan dilindungi dibawah hukum nasional dan perjanjian internasional.
“Saat regu penyelamat tiba, mereka mendapati satwa malang itu dalam keadaan luka-luka karena tergores karang tajam dan kekurangan nutrisi dari air susu induknya. Diduga dugong tersebut sudah kehilangan induk, namun detil tentang dimana atau apakah induknya telah mati tidak diketahui secara pasti,” terangnya melalui siaran pers yang diterima Bisnis.com, Minggu (31/1/2016).
Secara statistik berdasarkan hal tersebut, lanjutnya, dapat diperkirakan kemampuan bertahan hidup anak dugong tersebut sangat kecil, kemudian tim penyelamat memutuskan untuk tidak membuang waktu lagi menghabiskan 8 jam sehari di laut, di bawah tempat penampungan darurat guna mengatur jadwal menyusui si bayi dugong dengan susu formula khusus yang telah dibawa dari Bali Safari & Marine Park.
“Tim telah melaporkan bahwa saat ini bayi dugong tersebut telah mulai mengkonsumsi rumput laut yang masih diselingi dengan susu formula. Melalui pemantauan perkembangan yang masih berlanjut, tim telah melihat indikasi positif bahwa saluran pencernaan bayi dugong ini telah berfungsi dengan normal,” ujarnya.
Dia menambahkan, diperlukan perhatian khusus untuk memastikan dugong tersebut diberikan makan setiap dua jam sehari, dan masyarakat juga diinstruksikan untuk membangun sebuah sea pen untuk melindungi satwa tersebut saat malam hari.
“Dengan perhatian dan perawatan profesional yang telah diberikan bisa membuat bayi dugong ini bertahan hidup di lautan hingga dewasa. Rehabilitasi singkat dibawah perawatan penangkaran ini hanya bisa dipertimbangkan jika kepentingannya demi kelangsungan hidup satwa, namun dengan tujuan melepaskan satwa kembali setelah dia lepas dari kebutuhan susu,” paparnya.