Kabar24.com, DENPASAR -- Sebelum jenazah Engeline ditemukan, ternyata Magrit sempat melapor kehilangan anakanya ke kantor polisi dan kepala desa.
Saksi Rohana teman dekat Margrit mengatakan merasa dibohongi terdakwa Margrit Megawe dan Agustay Hamdamay yang tidak terbuka terkait hilangnya dan terbunuhnya korban Engeline (8) yang terkubur di Jalan Sedap Malam, Denpasar, beberapa waktu lalu.
"Saat dikabarkan Engeline menghilang pada 16 Nei 2015, saya yang ikut mencari korban hingga mengantar Margrit melapor kehilangan anaknya itu ke kantor polisi dan ke kepala desa," ujar Rohana dalam kesaksiannya di Pengadilan Negeri Denpasar, Selasa (8/12/2015).
Dalam sidang yang dipimpin Ketua Majelis Hakim Edward Harris Sinaga itu, saksi mengaku kecewa dengan Margrit dan Agustay yang dengan sengaja tidak berterus terang kepadanya bahwa Engeline tewas terbunuh.
"Saya sudah dikecewakan ibu Margrit, karena Engeline sudah saya anggap anak saya sendiri dan saya tidak menyangka korban dibunuh dan terkubur di halaman rumah ibu angkatnya itu," ujarnya.
Selain itu, pihaknya saat mengetahui Engeline menghilang ikut mencari hingga di sekitar rumah ibu angkatnya itu, namun dilarang oleh terdakwa.
"Saat saya ingin membantu mencari hilangnya Engeline, Margrit mengatakan bahwa sudah mencarinya di sekitar rumah, namun saat saya meminta untuk mengecek kembali, terdakwa melarang saya mencarinya," katanya.
Ia menuturkan, sudah mengenal terdakwa Margrit sejak lama, saat bertemu di Tarakan, Kalimantan Timur yang dan kala itu belum mengadopsi Engeline.
"Saya kenal Engeline saat diadopsi baru berumur tiga hari oleh terdakwa dan sempat di bawa ke rumahnya," kata saksi.
Ia menerangkan, bertemu terdakwa kembali di Bali saat saksi datang ke rumah Margrit pada 25 April 2015 untuk minta pecahan keramik.
Pihaknya tidak mengetahui kondisi Engeline selama di rumah ibu angkatnya Jalan Sedap Malam, Denpasar, Bali, karena tidak sering berkunjung ke rumah terdakwa.
"Sepengetahuan saya Engeline pernah dimarahi ibu angkatnya, namun untuk pemukul yang dilakukan terdakwa kepada Engeline saya tidak pernah lihat," ujarnya.
Ia juga menerangakn, korban Engeline pernah dititipkan kepada saksi pada tahun 2013 saat terdakwa hendak keluar kota.
Saat itu, Engeline hanya dititipkan selama satu malam. Kemudian, diserahkan Engeline kepada pamannya bernama Ade dan tidak mengetahui kapan Margrit balik ke Bali.
Setelah korban masuk sekolah dasar, ia melihat kondisi tubuh Engeline tampak kurus.
"Saya juga pernah memandikan korban saat masih duduk di kelas I SD saat akan sekolah dan tidak menemukan adanya bekas luka," ujar Rohana.
Sebelumnya, bocah Engeline yang duduk di kelas dua Sekolah Dasar Negeri (SDN) 12 Sanur, Denpasar menghilang dari rumahnya pada 16 Mei 2015.
Namun, Engeline ditemukan meninggal terkubur di halaman rumah ibu angkatnya, Margrit Megawe, pada 10 Juni 2015.