Kabar24.com, JAKARTA - Rencana pembelian helikopter AW-101 sebagai pengganti Super Puma dinilai belum dibutuhkan Presiden Joko Widodo.
"Apa memang presiden membutuhkan helikopter? Saya katakan pembelian helikopter bukan atas permintaan presiden. Apa urgensinya Presiden memiliki helikopter pribadi?" kata pengamat politik Tjipta Lesmana di sela-sela diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (29/11/2015).
Dia mengatakan rencana pembelian tersebut muncul dari Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna. Tjipta juga mempertanyakan sikap Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan yang berkukuh membeli helikopter buatan Inggris dan Italia tersebut.
Menurut dia tidak semua kepala negara memiliki helikopter tersebut. "Ingat, utang kita banyak karena pemerintah sekarang terlalu ambisius dengan target yang terlalu banyak," ucapnya.
"Kalau presiden Jokowi naik helikopter katakan ingin pamer dan mengunjungi daerah kumuh warganya lihat presiden mereka naik helikopter mewah, dimana empatinya. Jangan dululah, pakai helikopter," katanya.
Seperti diketahui TNI AU telah mengumumkan rencana pembelian helikopter AW-101 pengganti Super Puma yang telah berusia 25 tahun. Satu unit AW-101 akan tiba di Tanah Air pada 2016, menyusul dua unit lainnya pada 2017.
Sebagian pihak mengkritik langkah tersebut karena bertolak belakang dengan upaya kemandirian di bidang industri dalam negeri, sementara PT Dirgantara Indonesia dinilai mampu memproduksi helikopter sejenis.