Kabar24.com, JAKARTA -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, pendidikan agama dapat menjadi perekat masyarakat Indonesia yang hidup dalam keberagaman.
"Ditengah besarnya bangsa, pada diri yang besar itu di dalamya terdapat keragaman kemajemukan pluralitas. Disini lah nilai agama menjadi signifikan, karena dalam konteks keindonesiaan, nilai agama memposisikan diri sebagai faktor perekat," ujar Lukman dalam seminar nasional membangun ketahanan lembaga pendidikan agama dan keagamaan di wilayah perbatasan negara, Jakarta, Kamis (5/11/2015).
Indonesia sebagai negara penganut agama Islam terbanyak sekaligus sebagai negara demokratis dengan berbagai suku, agama dan ras berada di dalamnya sangat dibutuhkan toleransi tinggi antar umat beragama agar dapat hidup berdampingan.
"Sekolah merupakan ujung tombak untuk menjaga agama islam yang moderat," tuturnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Agama di Sebatik, Nunukan, Kalimantan Timur yang merupakan salah satu kabupaten terluar yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia. Posisinya yang berada di ujung perbatasan tentu memiliki banyak persoalan tidak terkecuali bidang pendidikan.
"Persoalan tersebut akan semakin meluas manakala rasa nasionalisme sebagian penduduknya mulai luntur," paparnya.
Kondisi semacam ini, dikatakan Lukman, akan terus berkembang apabila pemerintah tidak tanggap terhadap hal tersebut.
"Pemerintah perlu memperbaiki kondisi pendidikan baik dalam pemenuhan sarana pendidikan maupun bentuk layanan pendidikan," tuturnya.
Menurut Lukman, wilayah perbatasan merupakan wilayah yang akan menjadi perhatian dalam rangka mewujudkan eksistensi keindonesiaan di wilayah perbatasan.
"Tanpa pembangunan, wilayah perbatasan akan semakin kehilangan eksistensi Indonesia," pungkasnya.