Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krisis Air Mulai Mengintai Kota Kupang

Krisis air di Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT) akibat hujan yang belum turun selama lima bulan, kini mengintai warga Kota Kupang, NTT.
Pompa Air. /Bisnis.com
Pompa Air. /Bisnis.com
Bisnis.com, KUPANG - Krisis air di Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT) akibat hujan yang belum turun selama lima bulan, kini mengintai warga Kota Kupang, NTT.
 
Dalam pengamatan Bisnis.com, pepohonan dan tanah di Kota Kupang sangat gersang dengan suhu udara yang panas.
 
Meski tak sepanas suhu udara di Atambua yang mencapai 39 derajat celcius, namun dampak kekeringan mulai menyerang warga Kota Kupang. Sumur-sumur air andalan warga juga mulai mengering.
 
Berdasarkan data yang diterima Bisnis.com, di Kali Oeba, Kelurahan Oeba dan Kolam Amnesi, Kelurahan Bakunase 2, para warga mulai memanfaatkan air keruh dan berbau untuk mencuci, memasak, dan mandi. Air dari dua kolam itu menjadi keruh dan berbau karena debit air yang menurun akibat musim kemarau.
 
Meskipun begitu, warga Kota Kupang, Rafael M Beding menyatakan, kekeringan di Kupang belum separah di Atambua. Dia optimis masyarakat Kota Kupang tak akan mengalami krisis air yang terlalu parah.
 
"Di Atambua lebih kering karena disana 39 derajat celcius. Untungnya di Kupang belum mencapai suhu itu, tetapi memang ini masih musim puncak kemarau jadi banyak pemandangan pepohonan yang kering. Kalau nanti sudah penghujan, akan subur kembali," kata Rafael kepada Bisnis.com, Rabu (28/10/2015).
 
Sebelumnya, Bisnis.com mengamati area persawahan yang semestinya menjadi hamparan hijau nan subur ditemukan berwarna coklat akibat puncak kekeringan bulan ini di Atambua, NTT.
 
"Saat ini mungkin sudah lima bulan hujan tidak turun, kami mulai mengalami krisis air," ujar Nikodemus, salah satu warga Atambua kepada Bisnis.com, Selasa (27/10/2015).
 
Fenomena kekeringan yang kritis ini tak hanya melanda warga Kota Atambua. Salah satunya adalah Desa Buk, Kecamatan Bikomi Tengah, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Adapun kekeringan yang melanda Desa Buk karena sumber mata air mulai mengering. Alhasil untuk mendapatkan air bersih warga desa harus berjalan kaki sejauh lebih dari enam kilometer ke sungai di perbatasan dengan Distrik Oekusi, Timor Leste.
 
"Krisis air ini membuat kami juga sulit mengonsumsi air. Tetapi ini kan memang sedang puncak musim kemarau, semoga sesudah musim ini bisa kembali subur dan air kembali tersedia," ujar Lorenz salah satu warga Atambua lain kepada Bisnis.com.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper