Bisnis.com, PARIS- Majalah satir Prancis, Charlie Hebdo, kembali menimbulkan kontroversi dengan menampilkan kartun yang menggambarkan kematian Aylan Kurdi, pengungsi Suriah berusia 3 tahun yang tewas di pesisir pantai Turki.
Beberapa waktu lalu, foto Aylan Kurdi yang tewas akibat tenggelam tersebar di sejumlah media. Bagi banyak orang, foto tersebut merupakan isyarat bagi dunia untuk lebih memperhatikan krisis pengungsi yang terjadi saat ini.
Dalam majalah edisi terbarunya, Charlie Hebdo menampilkan gambar Aylan Kurdi yang tertelungkup di pantai. Di sampingnya, terdapat sebuah billboard yang menampilkan gambar menyerupai logo sebuah restoran cepat saji.
Billboard itu bertuliskan, “Menu promo dua anak untuk satu harga”. Sementara caption dari kartun tersebut berbunyi, “Hampir saja sampai”.
Kartun lainnya menampilkan sosok menyerupai Yesus yang berjalan di atas air, sementara di sampingnya ada seorang anak memakai celana pendek dengan kepalanya di dalam air.
Di sampingnya ada tulisan, “Kristen berjalan di atas air, anak-anak Muslim tenggelam”.
Banyak media yang mengecam keputusan Charlie Hebdo untuk menayangkan kartun tersebut, seperti dilansir Reuters, Selasa (15/9/2015).
Morocco World News menuduh majalah tersebut “bersembunyi di balik kebebasan berpendapat”, sementara media India Scoop Whoop mengatakan: “Ini bukan Charlie Hebdo yang berdiri di atas solidaritas. Je ne suis pas Charlie (Saya bukan Charlie).”
Awal Januari lalu, Charlie Hebdo menjadi simbol dari kebebasan berpendapat saat kantornya menjadi sasaran penembakan oleh kelompok ekstremis Islam, setelah mereka meluncurkan kartun yang mengejek Nabi Muhammad.
Dalam penembakan itu, 12 orang terbunuh, termasuk pemimpin redaksi dan beberapa kartunis senior. Berbagai dukungan pun diberikan dengan slogan “Je Suis Charlie” (Saya Charlie).
Majalah tersebut sempat mengalami masalah finansial karena majalahnya hanya terjual sekitar 30.000 kopi, namun sejak insiden itu bisa terjual hingga jutaan kopi di seluruh dunia.
Kini, banyak orang di media sosial yang justru mengecam majalah tersebut karena edisi terbarunya yang menampilkan Aylan Kurdi dianggap tidak sensitif dan bernada rasis.