Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Banten Masuk Lima Besar Peraup Investasi Terbanyak

Realisasi investasi asing maupun lokal di Provinsi Banten selama triwulan II/2015 termasuk lima besar nasional.
Gubernur Banten Rano Karno/Antara
Gubernur Banten Rano Karno/Antara

Bisnis.com, TANGERANG--Realisasi investasi asing maupun lokal di Provinsi Banten selama triwulan II/2015 termasuk lima besar nasional.
 
Kepala Bank Indonesia Banten Budihato Setyawan mengatakan total investasi yang mencapai Rp10,7 triliun selama April - Juni, berada di bawah Jawa Timur yang berada di urutan keempat.
 
“Sebetulnya tidak ada alasan investor tidak membidik Banten untuk [tujuan] investasi,” ucap Budiharto kepada Bisnis, Jumat (7/8/2015).
 
Akumulasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA) selama April – Juni mencapai Rp10,7 triliun setara dengan 7,9% realisasi investasi nasional.
 
Perolehan tersebut terdiri dari investasi dalam negeri melejit jadi Rp4,2 triliun dan PMA naik ke level US$518,84 juta.
 
Penguatan daya tarik investasi hingga memposisikan sebagai keempat terbanyak skala nasional baru pertama kali dirasakan Banten pada 2015. Pasalnya selama triwulan pertama realisasinya lebih sedikit, PMA hanya US$490,5 juta sedangkan PMDN baru US$801,7 miliar.   

Secara lengkap lima provinsi yang membukukan investasi terbanyak pada triwulan kedua yaitu Jawa Barwt Rp26,1 triliun (19,3%), DKI Jakarta Rp17,4 triliun (12,9%), Kalimantan Timur Rp12,8 triliun (9,5%), Banten Rp10,7 triliun (7,9%), dan Jawa Timur Rp11,7 triliun (8,6%).
 
Gejolak perekonomian global ibarat dua sisi koin bagi Banten, bisa menggerus kinerja ekspor tetapi juga memperkuat daya tariknya sebagai tujuan investasi bagi pebisnis asing.
 
Banten, imbuh Budiharto, adalah provinsi yang terpapar langsung pergerakan ekonomi global. Manakala terjadi perlambatan maka perdagangan dapat seketika tergerus.
 
Sebagai contoh, kelesuan perekonomian China terbukti langsung melemahkan kinerja ekspor lantaran permintaan komoditas dari Negeri Panda berkurang. Walhasil penjualan produk nonmigas ke pasar global pada Juni turun 2,50% terhadap bulan sebelumnya menjadi US$811,62 juta.
 
Namun perlambatan ekonomi Tiongkok, imbuh Budiharto, juga berpotensi mendatangkan lebih banyak investasi. “Mungkin karena mereka [China] sedang melambat maka pengusaha [di sana] mencari alternatif lain dan memasukkan investasi ke tempat kita,” ucapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dini Hariyanti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper