Kabar24.com, JAKARTA- Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti), Mohamad Nasir, mengatakan kekeringan sudah dalam tahap mengkhawatirkan. Oleh sebab itu, perlu ada penanganan dari segi teknologi, seperti hujan buatan untuk mengurangi dampak kekeringan di sejumlah lumbung padi Indonesia.
Melihat persoalan ini, Nasir mengatakan telah merekomendasikan Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) untuk segera membuat hujan buatan melalui rekayasa teknologi.
Pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan sejumlah kementerian sejak 1 Agustus 2015, seperti Kementerian Pertanian (Kemtan), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), serta berbagai peneliti dibidang iklim dna ketahanan pangan.
“Saya sudah merekomendasikan untuk membuat hujan buatan di sejumlah tempat. Kami juga sudah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian (Kemtan), serta BMKG, sejak 1 Agustus lalu,” ujar Nasir di gedung BPPT, Jakarta, Jumat (7/8/2015).
Nasir memaparkan, ada tujuh provinsi dan puluhan kabupaten yang menjadi pembahasan untuk mendapatkan jatah hujan buatan, di antaranya adalah Jawa, Sumatera, Nusa Tenggara Timur, dan lainnya.
“Maping kita sih untuk tujuh provinsi di Jawa, Sumatra, dan NTT, tapi kemungkinan Jawa Barat dan Sumatra Selatan akan hujan. Jadi Jawa Timur, Sulawesi dan sisanya bisa kita kasih hujan buatan,” paparnya.
Adapun teknis pelaksanaan, menurut Nasir, akan memerhatikan keberadaan dari awan yang berada diatas langit ke tujuh provinsi tersebut. Jika memang ada banyak awan di atas daratan, maka akan dilakukan rekayasa teknologi, sehingga akan menghasilkan hujan di lokasi kekeringan.
“Dalam hal ini kita melihat potensi mana yang bisa dilakukan hujan buatan. Kalau tidak ada awan kan tidak bisa kita buat hujan buatan. Nanti kalau ada awan bisa kita tembak dengan teknologi itu bisa kita jadikan hujan buatan,”jelas Nasir.
Dia berharap dengan bantuan hujan buatan, dampak dari kekeringan bisa sedikit terdegradasi, sehingga ketahanan pangan tidak akan terancam pada tahun ini.