Bisnis.com, PEKANBARU--Pekanbaru merayakan ulang tahun yang ke-231 pada 23 Juni 1025 lalu. Tahukan Anda, jika sejarah pembangunan di Pekanbaru tak lepas dari peran perusahan-perusahaan besar yang beroperasi di sekitarnya? Dalam rangka ulang tahun Ibu Kota Provinsi Riau itu, Bisnis menurunkan seri tulisan mengenai sejarah kota dan perkembangannya, berikut seri III dari 4 tulisan:
Julius Tahija adalah orang penting di PT Chevron Pacific Indonesia. Dia adalah mantan Presiden Direktur yang ditunjuk pemerintah untuk memimpin perusahaan transnasional itu. Berawal dari seorang kapten di medan tempur, Julius Tahija kemudian menjadi salah seorang pengusaha yang disegani di Indonesia, bahkan dunia.
Selain sebagai mantan Presiden Direktur, Julius Tahija adalah saksi sejarah perkembangan Riau, terutama Pekanbaru. Dalam buku ‘’Melintas Cakrawala’’, Julius banyak bercerita tentang Chevron dan perkembangan daerah sekitarnya.
Dia mengungkap banyak hal yang mungkin tidak pernah diketahui generasi sekarang. Beberapa isi buku yang bisa disadur menjelaskan kepada kita bagaimana sebuah perusahaan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap wilayah operasinya.
Julius menulis, pada awal tahun 1950-an, banyak kota di Provinsi Riau hanya terhubung melalui jalan tapak atau sungai. Jalan utama yang menghubungkan Pekanbaru dengan Padang masih jalan tanah. Begitupun arah ke Dumai.
Jika ada pegawai Caltex bepergian dari Pekanbaru ke Padang, harus menggunakan bus. Di dalam bus, mereka membawa makanan, minuman, dan kayu api membuat api unggun. Kayu sangat penting, karena kalau bus rusak, penumpang harus tidur di tepi jalan.
‘’Mereka akan menyalakan api unggun untuk tetap hangat dan tidak diganggu harimau,’’ kata Julius dalam bukunya.
Caltex kemudian membangun jaringan jalan raya yang merupakan bagian infrastuktur dalam pengangkutan minyak. Infrastruktur ini mencakup penyelesaian pembuatan jalan raya yang menghubungkan Padang – Dumai untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Pembangunan jalan-jalan dimulai pada tahun 1950 dan masih berlanjut hingga sekarang. Investasinya pembangunan dan perawatannya sangat tinggi karena jalan-jalan ini dibangun di atas campuran akar, daun, dan lumpur yang oleh teknisi disebut ‘’memiliki konsistensi seperti es krim hangat’’.
Jalan-jalan ini kemudian membuka wajah Riau karena memang terbuka untuk semua orang.
Namun, jalan belum memecahkan masalah transportasi di Pekanbaru, karena orang harus menyeberangi Sungai Siak. Sebelum Caltex membangun jembatan gantung pada tahun 1955, orang harus mengandalkan jasa feri. Pada tahun 1970, jembatan gantung yang semula dapat mengatasi masalah, justru menimbulkan kemacetan karena semakin padatnya arus lalu lintas. Untuk dapat menyeberang, sebuah mobil kadang harus antre hingga seharian yang mengakibatkan barang bawaan menjadi busuk.
Untuk mengatasi masalah ini, Caltex membangun jembatan dua jalur sepanjang 300-an meter. Jalan bebas macet ini menghubungkan Barat dan Selatan Sumatera. Truk yang selama ini tidak bisa lewat di jembatan gantung, kini jadi leluasa.