Bisnis.com, PEKANBARU--Pekanbaru merayakan ulang tahun yang ke-231 pada 23 Juni 1025 lalu. Tahukan Anda, jika sejarah pembangunan di Pekanbaru tak lepas dari peran perusahan-perusahaan besar yang beroperasi di sekitarnya? Dalam rangka ulang tahun Ibu Kota Provinsi Riau itu, Bisnis menurunkan seri tulisan mengenai sejarah kota dan perkembangannya, berikut seri II dari 4 tulisan:
Chevron, yang dulu lebih dikenal dengan Caltex, selalu menjadi lokomotif roda perkembangan Pekanbaru. Kehadirannya, seperti yang diungkapkan Wali Kota Firdaus, telah memberikan multiplier effect yang luar biasa bagi perkembangan kota. Chevron sudah mampu menggerakkan roda ekonomi Pekanbaru sejak hampir seabad lalu.
Banyak hal-hal monumental yang sudah mereka bangun untuk negeri ini. Salah satu roda utama yang dibangun Chevron tentu saja membuka akses jalan dan jembatan, yang menghubungkan daratan bagian barat dengan timur Sumatera.
Dulu, tak ada akses jalan memadai dari Padang ke Dumai. Namun kemudian Chevron membuka jalan yang lebih moderen. Dulu transportasi terhambat di Sungai Siak dan harus mengandalkan feri penyeberangan. Namun kemudian Chevron membangun Jembatan Siak 1 alias Leighton sehingga arus transportasi jadi lancar. Jembatan yang mulai dibangun tahun 1973 dan diresmikan Presiden RI Soeharto pada 19 April 1977 itu, sampai kini masih menjadi nadi dan landmark utama perkembangan Kota Pekanbaru.
Dulu, masyarakat yang ingin belajar di kelas menengah harus ke Padang, lalu Chevron membangun SMA 1 Pekanbaru yang merupakan SMA pertama di Riau. Dulu Riau belum memiliki gelanggang olahraga, lalu Chevron membangun GOR Tribuana dan juga kolam renang Kalinjuhang serta merenovasi total Stadion Hang Tuah. Dulu Riau belum memiliki perguruan tinggi teknik, lalu Chevron membangun Politeknik Caltex Riau (PCR).
Chevron atau Caltex memang banyak membangun hal-hal pertama di Pekanbaru. Dulu, warga Pekanbaru kalau ingin berenang pilihannya hanya dua tempat. Kalau tidak di Sungai Siak, ya, Kalinjuhang. Dan, Kalinjuhang itu pertama kali dibangun Caltex. Dulu, pemotongan hewan dilakukan tanpa tempat yang sehat dan steril.
Lalu Chevron membangun rumah potong hewan (RPH) pertama di Pekanbaru.
Tapi, efek yang luar biasa dan ‘tidak sengaja’ dan kemudian menjadi multiplier effect tentu saja kemampuan Chevron menggerakkan roda ekonomi dan mengembangkan kawasan-kawasan utama di Pekanbaru. Sebagai gambaran, sebelum Chevron membangun dermaga air dalam di Dumai, kota ini hanyalah kampung nelayan yang dihuni sekitar 200 penduduk dan dikenal sebagai Kerajaan Bunga Wangi, tempat bersemayamnya ratu cantik dalam mitologi. Namun setelah Caltex membuka dermaganya, Dumai sudah menjadi salah satu naga Indonesia dalam Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) untuk wilayah Timur Sumatera.
Begitu juga dengan Pekanbaru. Di tahun 1950, kota ini hanya berpenduduk sekitar 16.000 jiwa. Namun kehadiran Chevron yang memang berkantor pusat di Rumbai, telah mengubah wajah kota ini menjadi kota metropolitan. Penduduknya kini sudah 1 juta jiwa. Pusat perdagangan dibuka. Pasar jadi ramai. Lowongan kerja, baik sebagai pegawai Chevron maupun karyawan kontraktor Chevron, terbuka lebar.
Dan, Chevron memang kekuatan besar, bukan hanya di bidang ekonomi, tapi juga jumlah pegawai dan karyawan kontraktornya. Saat ini, sekitar 50% pegawainya memilih tinggal dan berasimilasi di tengah masyarakat luas.
Apalagi jumlah karyawan kontraktornya yang berjumlah sekitar dua puluh tiga ribu orang, tentu saja jumlah besar ini ikut menggeliatkan ekonomi yang sedang berkembang. Seperti lebah, Chevron selalu memberi manfaat kepada lingkungan sekitarnya.
Seperti ditulis mantan Presiden Direktur PT CPI Julius Tahija dalam bukunya Melintas Cakrawala, pada tahun 1958 Caltex membuat kebijakan mendorong keluarga pegawai untuk membangun rumah mereka sendiri.
Tidak di dalam komplek, tapi di tengah masyarakat luas. Apa multiplier effect-nya? Pegawai yang membangun rumah tersebut ternyata menjadi episentrum perkembangan lingkungan di kawasan itu. Harga tanah jadi lebih baik, pasar mulai tumbuh, transportasi jadi lancer. Bahkan, ada sebuah kebijakan yang menarik soal kepemilikan rumah ini. Bagi kawasan yang memiliki minimal empat rumah HOP Chevron, maka mereka diberi dana untuk mengembangkan kawasan.
Salah satu kegunaan dana itu adalah untuk membangun jalan semen dan sarana lain. Jadi boleh dikata, semenisasi komplek pertama di Pekanbaru ternyata dilakukan oleh pegawai Chevron berpuluh tahun lalu.
Maka saat itu tumbuhlah kawasan-kawasan baru yang lebih modern dan dipelopori pegawai Chevron. Sebut saja kawasan Jalan Harapan Raya di Tangkerang, Jalan Riau di Tampan, di sekitar Jalan Balam dan Murai di Sukajadi, dan tentu saja yang paling monumental adalah kawasan Umban Sari Atas di Rumbai. Di kawasan yang lebih dikenal dengan nama USA ini, hampir 85 persen penduduknya adalah pegawai Chevron.
Kota ini memang ramah terhadap investor. Karena, pemimpin kota ini juga tahu bahwa investasi adalah nadi ekonomi. Bila investasi ditanamkan, roda ekonomi akan berputar. Bila roda ekonomi berputar, maka kota akan bertambah maju dan masyarakatnya akan sejahtera.