Kabar24.com, JAKARTA—Modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) bukanlah solusi utama dalam kasus kecelakaan pesawat angkut militer Hercules C-130 di Medan Selasa lalu, namun jauh lebih penting adalah bagaimana membenahi dari sisi regulasinya.
Demikian dikemukakan oleh pengamat militer Susaningtyas Nefo Handayani menanggapi pendapat Presiden Joko Widodo yang berencana memordenisasi alutsista setelah kejadian naas yang menimpa pesawat buatan 1964 tersebut. Sedikitnya 122 korban tewas termasuk personil miter dalam kecelakaan itu.
Menurutnya, keandalan pesawat sangat bergantung pada perawatannya selain faktor manusia, bukan pada usia pesawat.
“Tidak bijak menurut saya kalau bicara soal modernisasi alutsista saja tanpa melihat regulasi yang mengaturnya,” ujar Susanintiyas dalam diskusi bertema "Hercules dan Tantangan Baru Panglima TNI" di Gedung DPR, Kamis (2/7/2015). Dia menambahkan bahwa kecelakaan pesawat tidak bisa dilihat secara teknis saja, namun banyak variabel yang menjadi penyebab jatuhnya pesawat tersebut.
“Harus dilihat regulasinya karena ada overweight di Hercules itu. Dan harus ada punishment dalam sidang militer nanti, “ ujarnya menambahkan.
Sementara itu, Anggota Komisi I DPR, Effendi Simbolon menantang pihak berkompeten untuk melakukan investigasi forensik menyusul adanya kecelakaan tersebut. Dia meyakini bahwa pesawat tersebut jatuh karena faktor suku cadang.
"Mau tidak investigasi forensik?. Pesawat kalau komponennya lengkap pasti bisa terbang. Sebab pesawat itu merupakan moda trasportasi paling aman, kalau benar-benar spare parts-nya baru atau orisinil,” ujarnya.
Effendi mengatakan jika TNI ingin mengusut penyebab kecelakaan pesawat itu harus dilakukan secara terbuka dan transparan.
“Kalau mau membenahi masalah alutsista, harus terbuka. TNI jangan mudah tersinggung, marah dan menggunakan kekuatan. Sebab TNI itu berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, “ katanya.