Kabar24.com, JAKARTA - Sampai kini misteri tewasnya Akseyna Ahad Dori (18), mahasiswa jurusan Biologi Fakultas MIPA UI belum juga terungkap.
Kolonel Sus Mardoto, ayah Akseyna, menduga anaknya dibunuh. Mardoto mensinyalir pembunuh Akseyna adalah orang dekat Akseyna.
Mardoto berfirasat motif pembunuhan Akseyna ialah permasalahan antar pribadi.
Mardoto membeberkan setidaknya ada 3 kejanggalan kematian Akseyna.
1. Sambungan Telepon
Pada Minggu siang, 29 Maret 2015, keluarga mengirimkan pesan singkat ke telepon selular Akseyna. Saat itu status pesan pending. Namun pada malam harinya, pesan tersebut terkirim (delivered).
Mengetahui pesan telah terkirim, ibu Akseyna, Karimatul Ummah langsung menghubungi nomor telepon Akseyna. Namun yang menjawab bukan Akseyna.
Seseorang yang mengaku teman Akseyna dan sedang menginap di kamar kos milik Akseyna, menjawab panggilan telepon Karimatul. “Dia mengaku sebagai temannya dan mengatakan bahwa Akseyna sedang tidak di kamarnya,” kata Mardoto.
Pada Senin siang, 30 Maret 2015, keluarga kembali menghubungi telepon selular Akseyna. Namun sambungan telepon itu tak terjawab. Ibu Akseyna kemudian menghubungi nomor telepon kos Akseyna.
Sambungan telepon itu dijawab oleh penjaga kos. Si penjaga kos menyatakan Akseyna belum pulang dan di kamarnya ada beberapa orang teman Akseyna. Menurut penjaga kos itu, teman-teman Akseyna sedang mengakses laptop Akseyna yang katanya banyak dipasangkan password.
Selanjutnya, Karimatul melalui penjaga kos meminta agar ada teman Akseyna yang menerima telepon darinya. Pada sambungan komunikasi melalui telepon tersebut, teman Akseyna mengatakan memang sedang berada di dalam kamar Akseyna. Dia berujar tidak sendirian, tetapi bersama beberapa teman Akseyna yang lain.
Padahal tiga hari sebelum saat percakapan per telepon ini terjadi, jasad Akseyna ditemukan mengambang di danau UI pada Kamis, 26 Maret 2015.
2. Akses ke Kamar Akseyna
Mardoto heran kenapa ada banyak teman yang berada di dalam kamar Akseyna, sementara si penghuni kamar sedang tidak ada. Teman-teman Akseyna itu juga tahu betul barang-barang milik Akseyna yang ada dan tidak ada di dalam kamar.
Dalam percakapan dengan Karimatul, teman Akseyna menjelaskan di kamar terdapat laptop, telepon seluler, dan dompet. Juga ada seluruh jaket punya Akseyna, kecuali jaket jumper bertuliskan “Universitas Indonesia”.
Keluarga merasa janggal kenapa teman Akseyna ini hafal betul secara detail barang-barang yang dimiliki Akseyna.
3. Pesan Perpisahan
Mardoto kaget ketika ada seorang mahasiswa yang menghampirinya di kampus UI pada Senin sore, 30 Juni 2015. “Tiba-tiba ada seorang mahasiswa yang mengaku teman Akseyna menyodorkan surat peninggalan Akseyna dan menyatakan pada malam kemarinnya dia menginap di kamar Akseyna," kata Mardoto.
Padahal, dua orang staf pengajar yang merupakan dosen wali Akseyna dengan Ketua Jurusan Biologi mengaku tak tahu di mana Akseyna berada.
Yang membuat Mardoto merasa aneh, saat itu belum ada identifikasi terkait kematian anaknya. “Lagipun mengapa ia memberi surat tersebut ke saya jika memang isinya menyatakan Akseyna bunuh diri? Bukan ke pihak berwajib?” ujar Mardoto.
Makin melihat banyak kejanggalan, Mardoto mendatangi pos keamanan kampus FMIPA UI, yang saat itu terdapat sekitar 6-7 orang staf keamanan. Karena tak tahu menahu soal Akseyna, seorang petugas keamanan menyarankan agar Mardoto kembali mendatangi kantor Polsek Beji.