Kabar24.com, JAKARTA - Terungkapnya prostitusi yang melibatkan kalangan atas seperti artis, membuat Komisi Perlindungan Indonesia (KPAI) prihatin.
Mengapa KPAI prihatin? "Prostitusi berdampak negatif bagi anak dan generasi penerus, karena perilaku mereka berpotensi ditiru oleh anak," kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Susanto.
Hal tersebut sangat berbahaya karena bisa memicu prostitusi terus bertumbuh.
"Semua pihak harus membantu mencegah prostitusi dan menyelamatkan korbannya," katanya.
KPAI menganalisa ada enam penyebab prostitusi marak. Persoalan pertama, karena eksploitasi mucukari.Para mucikari bisa melakukan berbagai tipudaya dan rayuan kepada perempuan bahkan anak-anak di bawah umur untuk akhirnya dijadikan pekerja seks.
Penyebab kedua, faktor berpikir instan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Karakter berpikir instan seperti ini dapat mendorong seseorang terjun ke prostitusi. "Karakter berpikir instan harus dicegah," ujarnya.
Yang ketiga, keterpaksaan. Tidak sedikit pekerja seks yang terjun di dunia itu karena dipaksa atau diperbudak oleh seseorang atau pihak tertentu. "Dalam hal ini, pemerintah harus bisa menyelamatkan mereka yang tak berdaya."
Penyebab keempat, pengaruh lingkungan atau teman sebaya. Lingkungan memiliki pengaruh yang besar terhadap diri seseorang. "Tak sedikit yang terjerumus ke prostitusi karena pengaruh lingkungannya," ujar Susanto,
Kelima, pengaruh gaya hidup. Susanto menuturkan, gaya hidup seperti itu cenderung menafikan nilai agama, kepatutan dan kesusilaan. "Itu terdorong gaya hidup hedonis."
Penyebab keenam, faktor frustasi. Kondisi seperti ini dapat memicu orang jatuh ke prostitusi. "Mereka berupaya lari dari masalah yang dihadapinya," ujarnya.
Intinya, Susanto mengatakan penyelesaian persoalan prostitusi memerlukan dukungan dari semua pihak. Baik pemerintah maupun masyarakat sendiri.