Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KAA BANDUNG: Jokowi Buka Asian Africa Business Summit

Presiden Joko Widodo secara resmi membuka Asian Africa Business Summit 2015 yang digelar di sela-sela rangkaian peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika di Jakarta. Forum ini diharapkan dapat membuka peluang kerjasama ekonomi dan investasi di negara-negara Asia dan Afrika.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memberikan keterangan pers di sela-sela Konferensi Asia Afrika (KAA) di Jakarta, terait pemboman KBRI di Yaman, Senin (20/4/2015)./aacc2015.id
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memberikan keterangan pers di sela-sela Konferensi Asia Afrika (KAA) di Jakarta, terait pemboman KBRI di Yaman, Senin (20/4/2015)./aacc2015.id

Bisnis.com, JAKARTA—Presiden Joko Widodo secara resmi membuka Asian Africa Business Summit 2015 yang digelar di sela-sela rangkaian peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika di Jakarta. Forum ini diharapkan dapat membuka peluang kerjasama ekonomi dan investasi di negara-negara Asia dan Afrika.

"Ini saatnya Asia-Afrika meningkatkan kerjasama ekonomi, perdagangan, dan investasi. Saatnya dunia usaha ambil peran yang lebih besar untuk mewujudkan semangat Bandung yang diperkuat melalui peringatan Konferensi Asia Afrika ini," ujarnya di JCC, Selasa (21/4).

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto menuturkan fokus utama acara ini adalah meningkatkan kesadaran dan pengetahuan terhadap pasar-pasar nontradisional.

Business Summit bertema Realization of Asian African Partnership Program and Prosperity ini dihadiri oleh lebih dari 400 delegasi dan pelaku usaha dari berbagai negara Asia Afrika.

"Benua Asia dan Afrika dalam 20 tahun kemudian 100 kali peningkatannya. Dari US$200 miliar lebih, diharapkan pada 2020 itu bisa mencapai US$1 triliun dolar," tuturnya di JCC, Selasa (21/4).

Suryo mengakui potensi bisnis Asia Afrika memang luar biasa. Apalagi jumlah penduduk kedua kawasan mencapai 75% penduduk dunia.

Kadin menilai Afrika Selatan, Nigeria dan Mesir sebagai negara Afrika yang potensial. Adapun sektornya, mencakup produk komoditas seperti minyak kelapa sawit, karet, dan batu bara. Selain itu juga produk industri seperti tekstil, elektronik, sepatu, dan otomotif.

"Yang penting produk-produk kita harus bisa diterima oleh selera Afrika dan Asia nontradisional, perlu juga market research pendalaman strategi kita menembus pasar-pasar baru ini," tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper