Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia berharap hubungan perdagangan dan investasi dengan negara-negara di Afrika bisa meningkat terutama setelah penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika.
Demi mendorong investasi ke benua tersebut, pemerintah akan menyediakan berbagai insentif termasuk kemudahan pembiayaan bagi sektor swasta yang berminat melebarkan sayapnya ke Afrika.
“Kita harus mengubah persepsi. Afrika adalah peluang besar bagi kita dengan tingkat produk domestik bruto yang luar biasa besar,” kata Direktur Jenderal untuk Asia Pasifik dan Afrika Yuri Octavian Thamrin di sela-sela pertemuan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Jumat (10/4/2015).
Kendati nilai investasi dan akitivitas perdagangan antara Indonesia dengan Afrika sudah meningkat, jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia, nilai yang ditanam Tanah Air masih rendah.
Yuri memperinci investasi Singapura di Afrika selama 2012 mencapai US$15,9 miliar sedangkan Indonesia hanya US$2 miliar.
Sementara itu, nilai perdagangan Indonesia dengan Afrika pada 2012 mencapai US$10,7 miliar lebih kecil dibandingkan dengan Thailand US$11,6 miliar.
Nilai perdagangan Afrika dengan China dan India masing-masing tercatat US$200 miliar dan US$70 miliar.
Meski demikian, secara keseluruhan nilai perdagangan antara Asia dan Afrika meningkat tajam dari 1990 yang masih US$2,8 miliar menjadi lebih dari US$270 miliar pada 2012.
Yuri menambahkan besarnya potensi yang dimiliki Afrika salah satunya tercermin dari performa ekonominya.
Melansir data dari Kemenlu, tujuh dari sepuluh negara dengan laju PDB tercepat ada di benua itu dengan akselerasi pertumbuhan lebih dari 5% per tahun. Selain itu, Afrika memiliki paling tidak 300 juta penduduk kelas menengah.
Indikator itu merefleksikan besarnya potensi pasar yang belum digali secara maksimal oleh investor Asia, terutama Indonesia. Yuri melanjutkan hasil investasi modal tahunan di Afrika tercatat 65% lebih tinggi dibandingkan dengan Asia mengingat biaya tenaga kerja yang relatif lebih murah.
Pada kesempatan yang sama Duta Besar India Gurjit Singh menilai tantangan yang dihadapi Konferensi Asia Afrika sudah jauh berbeda.
“Hal yang kita hadapi saat ini adalah kemiskinan, ketimpangan, infrastruktur, energi, penyakit, terorisme, dan bagaiman mencapai pembangunan berkelanjutan,” katanya.
Dia meyakini apa yang harus tercapai dalam KAA adalah membentuk sebuah mekanisme baru yang mencakup seluruh negara anggota KAA untuk bersama-sama menghadapi tantangan baru itu.