Bisnis.com, SERANG— Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya menyatakan sejak 2010 Indonesia telah memiliki laboratorium khusus penyakit ikan berstandar Internasional dan terbesar di Anyer, Kabupaten Serang.
Agung Wicaksono, Kepala Bagian Hukum, Organisasi dan Humas DJPB, mengatakan Anyer dipilih karena berada di pinggir kota, memiliki sumber air yang baik dan tidak jauh dari lokasi tambak ikan para pembudidaya.
"Meski berada di pinggir kota, tetapi laboratorium ini bertugas mengkover seluruh permasalahan ikan di Indonesia," ujarnya di sela-sela acara Press Tour DJPB 2015, di Serang (27/3/2015).
Dokter Hewan Toha, Kepala Laboratorium, mengatakan setelah dibentuk pada 2010, pada 2013 laboratorium yang dipimpinnya mendapatkan predikat laboratorium terbaik tingkat nasional.
Dia mengatakan, laboratorium ini khusus bertugas memecahkan masalah kesehatan ikan dan lingkungan.
Menurutnya, terdapat 5 isu nasional yang memengaruhi daya saing Indonesia dalam perdagangan internasional a.l penyakit, tertelusur, lingkungan, keamanan konsumen, dan animal welfare.
Oleh karena itu, tugas laboratorium ini adalah pengendalian penyakit ikan, pengendalian obat ikan dan residu, serta pengendalian lingkungan budidaya.
"Kami harus memastikan bahwa produk Indonesia tidak terjangkit penyakit yang membahayakan konsumen," ujarnya.
Laboratorium ini terbuka untuk umum dan dapat digunakan oleh masyarakat dalam meneliti penyakit ikan yang tengah dibudidaya. Berdasarkan pantauan Bisnis.com, sejumlah warga negara asing juga mendatangi laboratorium ini.
Laboratorium Ikan Skala Internasional Ada di Serang
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya menyatakan sejak 2010 Indonesia telah memiliki laboratorium khusus penyakit ikan berstandar Internasional dan terbesar di Anyer, Kabupaten Serang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Muhammad Abdi Amna
Editor : Nancy Junita
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
7 jam yang lalu
Menakar Nasib Pemilik 24,65% Saham Publik Waskita (WSKT)
10 jam yang lalu