Bisnis.com, DEPOK-- Pengamat Politik Kawasan Timur Tengah Zuhairi Misrawi menuturkan kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) merupakan bagian dari perdebatan teoritis ilmiah yang cukup serius akhir-akhir ini.
Dia mencatat sedikitnya terdapat enam masalah terkait dengan munculnya ISIS, antara lain benturan peradaban, benturan fundamentalisme, globalisasi ektremisme atas nama agama, identitas soliter atau pemahaman tunggal terhadap agama dan ketidakadilan global.
"Pendapat saya jalan keluar untuk menghadapi ISIS ini adalah dengan menggunakan berbagai hal seperti tegakan hukum, deradikalisasi terhadap ISIS dan radikalisasi pancasila terhadap masyarakat," ujarnya.
Pernyataan Zuhairi tersebut diungkap dalam Seminar & Diskusi Pengaruh Isis Terhadap Gerakan Radikalisme Islam di Indonesia yang digelar oleh Mahasiswa Filsafat UI di Auditorium FIB UI Depok, Kamis (26/3/2015).
Dia menuturkan saat ini tentara ISIS diperkirakan mencapai sekitar 10.000 orang. Kelompok ISIS menguasai kawasan Mosul, Tikrit, Ramadi dan Raqqa.
Awalnya, gerakan ISIS salah satunya menginisiasi untuk menegakan khilafah islam. Mereka identik dengan kekerasan untuk mencapai tujuan, membunuh non muslim dan bahkan membunuh muslim yang tidak sepaham dengan ideologi mereka.
Zuhairi menambahkan bahwa Amerika juga ikut berperan lahirnya ISIS yang mulai heboh pada 2013 itu."Kabar ISIS bikinan Amerika itu bisa dibenarkan ketika saat itu ada upaya untuk jatuhkan rezim Saddam Husein," paparnya.
Menurutnya, sumber dana ISIS berasal dari konglomerat minyak. Saat ini, kata dia total keuangan yang dimiliki ISIS mencapai sekitar US$2 juta. Selain itu, cara merekrut anggota baru dilakukan melalui kampanye di media sosial yang menyasar kalangan anak muda.