Bisnis.com, TOKYO – Setelah tumbuh agresif selama Desember-Januari lalu, ekspor Februari Jepang dilaporkan melambat signifikan. Kendati demikian, ekspor Jepang tetap berada di teritori positif sehingga diharapkan dapat menopang pertumbuhan ekonomi yang sempat mengalami resesi tahun lalu.
Kementerian Keuangan Jepang melaporkan pengapalan ke luar negeri naik 2,4% (year-on-year) pada Februari, setelah melonjak masing-masing 12,9% dan 17% pada Desember dan Januari lalu. meski turun, ekspor Februari melampaui konsensus ekonom Bloomberg yaitu naik 0,3%.
Impor pada Februari dilaporkan terkontraksi 3,6% (yoy), lebih rendah dari kontraksi 9% pada bulan sebelumnya, menyisakan defisit perdagangan sebesar 424,6 miliar yen atau setara US$3,5 miliar.
Ekonom senior Mizuho Research Institute Hidenobu Tokuda memprediksi penurunan ekspor hanya sementara terkait perayaan Tahun baru Imlek pertengahan Februari lalu. Dia meyakini ekspor akan berlanjut naik sepanjang tahun ini.
“Kenaikan ekspor secara langsung menaikkan volume produksi. Meski beberapa agenda akan melemahkan ekspor jangka pendek, dalam jangka panjang ekspor akan mampu akan menguntungkan perekonomian secara umum,” kata Tokuda, merespons laporan ekspor yang dirilis di Tokyo, Rabu (18/3).
Kemenkeu merincikan ekspor ke China yang merupakan rekan dagang terbesar Jepang terkontraksi 17,3% (yoy) pada Februari, terdampak terutama oleh penurunan pengapalan mobil dan suku cadangnya. Padahal, ekspor ke China tercatat naik 20,8% (yoy) pada bulan sebelumnya.
Ekspor ke Asia tercatat turun 1,1% (yoy), penurunan pertama dalam delapan bulan terakhir.
Adapun, ekspor ke Amerika Serikat naik 14,3% (yoy), tertopang lonjakan permintaan mobil dan suku cadangnya, dan alat-alat konstruksi. Pengapalan ke AS ini pun melambat dari tingkat Januari yaitu naik 16,5% (yoy). Kendati demikian, permintaan ekspor dari AS diyakini akan terus menunjukkan kenaikan.