Bisnis.com, TOKYO – Pemesanan permesinan Jepang mencatatkan kontraksi 1,7% pada Januari dari bulan sebelumnya, mengonfirmasi keengganan korporasi-korporasi negara itu untuk melakukan belanja modal meski memperoleh rekor profit dari perlemahan nilai tukar yen.
Data yang dipublikasikan Kantor Kabinet Jepang menunjukkan dalam skala tahunan, belanja permesinan hanya naik 1,9% pada Januari dari periode sama tahun sebelumnya.
Padahal, belanja korporasi sempat melonjak 8,3% (yoy) pada Desember tahun lalu, laju tercepat sejak Juni 2014.
Kenaikan pemesanan permesinan pun sempat diyakini menjadi indikator penguatan pemulihan ekonomi Negeri Sakura yang sempat terkontraksi pada kuartal kedua dan ketiga tahun lalu.
“Belanja modal memang menunjukkan pemulihan, namun lajunya lebih lambat dari yang kita perkirakan. Data menunjukkan ekspor terus pulih, dan hal itu akan mendorong belanja modal,” kata kepala ekonom Meiji Yasuda Life Insurance, Yuichi Kodama di Tokyo, Rabu (11/3/2015).
Bank of Japan (BoJ) awal Februari lalu justru memprediksi permintaan permesinan akan meningkat signifikan selama Januari-Maret tahun ini, sehingga kinerja perusahaan diharapkan dapat terus menopang pemulihan ekonomi.
Yasuda dan sejumlah ekonom negara itu meyakini ekspor yang konsisten menunjukkan kenaikan akan secara perlahan mengerek belanja modal.
Lambatnya laju belanja modal dinilai akibat kewaspadaan para pebisnis atas situasi perekonomian yang tahun lalu sempat mengalami resesi.
Yasuda memprediksi kenaikan belanja modal yang terkerek oleh ekspor akan terlihat jelas dalam 6-9 bulan mendatang.
Seperti diketahui, Perdana Menteri Shinzo Abe belakangan tak bosan meminta korporasi untuk menggenjot belanja modalnya.
Belanja modal korporasi menjadi andalan Abe, setelah kenaikan pajak penjualan 3 persentase poin April 2014 lalu mengempas belanja rumah tangga negara itu.