Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AHOK vs DPRD: Kepala Daerah Lain Ditantang Berani Ikuti Ahok

Indonesia Corruption Watch (ICW) menantang para kepala daerah untuk meniru sikap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang berani menolak kompromi saat ada penyimpangan dalam pembahasan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Warga dengan membawa topeng berwajah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok melakukan aksi damai bertajuk Lawan Begal APBD di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (1/3). Aksi tersebut sebagai wujud penggalangan dukungan menyelamatkan Ahok dalam hak angket DPRD DKI terkait dugaan adanya dana siluman pada APBD/Antara
Warga dengan membawa topeng berwajah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok melakukan aksi damai bertajuk Lawan Begal APBD di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (1/3). Aksi tersebut sebagai wujud penggalangan dukungan menyelamatkan Ahok dalam hak angket DPRD DKI terkait dugaan adanya dana siluman pada APBD/Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia Corruption Watch (ICW) menantang para kepala daerah untuk meniru sikap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang berani menolak kompromi saat ada penyimpangan dalam pembahasan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Koordinator ICW Ade Irawan memuji Ahok, sapaan Basuki, yang berani pasang badan untuk memperjuangkan e-budgeting dan menolak anggaran siluman yang diduga titipan banyak lini senilai Rp12,1 triliun dalam APBD 2015.
“Saya kira Ahok patut ditiru dan diteladani oleh kepala-kepala daerah yang lain,” kata Ade kepada Bisnis, Selasa (3/3/2015).
ICW beberapa kali aktif menelusuri dugaan penyimpangan dalam anggaran di beberapa daerah. Menurut Ade selama praktik titip menitip juga banyak ditemui di daerah luar Jakarta. Namun jarang ada kepala daerah yang berani mengungkap praktik koruptif itu ke publik.
“Saya kira apa yang terjadi di Jakarta juga terjadi di daerah-daerah lain, cuma masalahnya kepala daerahnya umumnya mengakomodir atau berkompromi. Jadi beda dengan Ahok yang menolak,” kata dia.
Dia menyatakan selama ini bahasa pengadaan dalam anggaran memang paling rawan penyimpangan. Salah satu contohnya yang dilaporkan Ahok ke KPK adalah terkait pengadaan uninterruptible power supply (UPS) atau suplai daya bebas gangguan di beberapa sekolah di DKI senilai Rp5,8 miliar per sekolah pada anggaran 2014.
Pengadaan UPS yang kembali disisipkan dalam rancangan APBD 2015,  kali ini tak hanya untuk sekolah tapi juga di kantor kelurahan dan kecamatan. Total anggaran siluman kali ini mencapai Rp12,1 triliun. Ahok menuding pelaku yang menitipkan dana siluman itu adalah anggota DPRD.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper