Kabar24.com, JAKARTA— Kisah gembong narkoba asal Brasil, Marco Archer Cardoso Moreira, yang menangis di menit-menit terakhir sebelum dieksekusi mati pada Januari lalu terungkap.
SIMAK: Romo Carolus Beberkan Penyebab Buruknya Hubungan Brasil-Indonesia
Pastor Charles Patrick Edward Burrows atau dikenal sebagai Romo Carolus membeberkan kembali kisah itu.
Menurut Pastor kelahiran Irlandia yang sudah jadi warga negara Indonesia sejak 1983 itu, Marco pada bulan lalu diseret keluar dari selnya di Nusakambangan. Marco menjerit dan menangis. Bahkan, ritual agama terakhir, ditolak oleh Marco.
Kisah itu dibeberkan Romo Carolus kepada Fairfax yang dilansir Independent hari Minggu (22/2/2015). Marco dihukum mati oleh regu tembak Indonesia pada 18 Januari 2015 di Nusakambangan.
”Tidak ada yang menghibur Marco,” kata Romo Carolus.
”Dia harus diseret dari selnya, menangis, dan berkata 'tolong saya',” kata Romo Carolus.
Gara-gara eksekusi terhadap Marco, Presiden Brasil Dilma Rousseff bereaksi keras pada Indonesia. Dia menolak surat kepercayaan Duta Besar baru Indonesia untuk Brasil, Toto Riyanto.
Ditolak
Parahnya, Dubes Toto terkesan dipermainkan, sebab dia ditolak Presiden Brasil justru setelah tiba di istana presiden di Brasilia sebagai tamu undangan resmi.
Indonesia pun tidak terima Dubes Toto Dipermainkan. Indonesia akhirnya menarik Dubes baru untuk Brasil itu ke Jakarta. DPR Indonesia menyebut perlakuan pemerintah Brasil pada Dubes Toto sebagai pelecehan diplomatik.
Selain Marco, masih ada satu warga Brasil lain yang akan dieksekusi dalam waktu dekat. Dia adalah Rodrigo Gularte, yang disebut-sebut menderita skizofrenia atau gangguan mental. Dia kerap kali berhalusinasi bahwa dia telah dibebaskan dari hukuman mati di Indonesia.