Bisnis.com, DENPASAR - Pejabat di lingkungan Pemkab Tabanan diimbau mengurangi kegiatan jalan-jalan ke luar daerah dan mengalihkan dananya untuk perbaikan infrastruktur.
Kabupaten Tabanan yang dipimpin Bupati Ni Putu Eka Wiryastuti, anak mantan bupati dua periode sebelumnya, Nyoman Adi Wiryatama, diklaim merupakan daerah di Bali dengan kerusakan infrastruktur terparah dibandingkan dengan daerah lain yang pendapatannya lebih rendah seperti Karangasem.
Berdasarkan data Pemkab Tabanan, dari total panjang jalan kabupaten 860,94 km, sepanjang 53,74% diantaranya rusak berat dan tak kunjung diperbaiki lebih dari satu tahun.
Menurut Gubernur Bali Made Mangku Pastika, jalan raya di Tabanan sangat strategis karena sebagian besar akses menuju obyek wisata dan jalur produksi.
"Hendaknya pejabat pemerintah mengurangi anggaran jalan-jalan ke luar daerah atau luar negeri dan dananya diaihkan untuk perbaikan dan perawatan jalan. Jangan sampai, jalan-jalan bisa, tetapi memperbaiki jalan sendiri tidak bisa," sentilnya saat mengunjungi Kabupaten Tabanan, Jumat (13/2/2015).
Mantan Kalakhar BNN ini meminta pejabat di kabupaten lumbung beras di Bali ini lebih peka jika daerahnya memiliki APBD yang sedikit sehingga tidak dihamburkan jalan-jalan ke luar negeri. Akan lebih baik, apabila pemerintah setempat memikirkan upaya peningkatan pendapatan masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan.
Wakil Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya mengakui buruknya infrastruktur di daerahnya, dan berdalih karena keuangan mereka sedikit sehingga meminta bantuan pemerintah provinsi. Dia menjelaskan selain infrastruktur, Tabanan juga terkendala kurangnya kamar rawat inap di RSUD Tabanan, 37% fasilitas puskesmas pembantu rusak berat.
Kabupaten Tabanan merupakan daerah penghasil beras terbesar di Pulau Dewata sehingga sering dijuluki lumbung berasnya Bali. Daerah ini memiliki obyek wisata terkenal seperti Tanah Lot, dan Bedugul. Sejak dipimpin oleh Wiryastuti, Tabanan mendapat julukan kabupaten museum rekor Indonesia (Muri). Pasalnya setiap tahun selalu mengadakan kegiatan yang mencatatkan rekor Muri.
Pada tahun lalu, APBD daerah ini mengalami defisit Rp4 miliar, karena pendapatan lebih kecil dibandingkan dengan belanja pegawai.