Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RI Tak Ikut-ikutan AS Tutup Kedubesnya di Yaman

Pemerintah Indonesia belum merasa perlu untuk menutup atau pun memindahkan kedutaan besar di Ibukota Yaman, Sanaa, meskipun beberapa negara sudah menarik semua diplomatnya.
Demonstran Anti-Houthi berunjuk rasa memperingati empat tahun kekejaman gerakan itu yang menggulingkan Presiden Ali Abdullah Saleh, di Kota Taiz, Yaman, Rabu (11/2/2015)/Reuters
Demonstran Anti-Houthi berunjuk rasa memperingati empat tahun kekejaman gerakan itu yang menggulingkan Presiden Ali Abdullah Saleh, di Kota Taiz, Yaman, Rabu (11/2/2015)/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Indonesia belum merasa perlu untuk menutup atau pun memindahkan kedutaan besar di Ibukota Yaman, Sanaa, meskipun beberapa negara sudah menarik semua diplomatnya. Sikap Indonesia terutama karena dari sekitar 2.600 WNI di Yaman sebagian besar adalah pelajar dan mahasiswa.

“Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia terus memantau situasi di Yaman dengan seksama. Sampai saat ini belum ada rencana penutupan kedubes mengingat banyak WNI yang sekolah di situ,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir kepada Tempo, Rabu, (11/2/2015).

Dia menambahkan saat ini jumlah diplomat beserta staf Indonesia dan keluarganya di KBRI Sanaa mencapai 38 orang. Adapun, jumlah WNI sekitar 2.600 orang.

Pihak KBRI Sanaa telah mengeluarkan imbauan kewaspadaan sejak Januari lalu terutama bagi WNI yang tinggal di Sanaa, Maa’rib dan beberapa wilayah lain di Yaman.

Selain meminta WNI untuk selalu membawa identitas diri, tidak terprovokasi aktivitas politik, menghindari lokasi rawan bentrokan bersenjata, KBRI juga mengimbau WNI untuk mewaspadai pemerasan yang dilakukan oknum dengan mengatasnamakan pemerintah Yaman.

Meski tidak ada perintah evakuasi resmi, tahun lalu KBRI Yaman telah mengevakuasi 332 WNI yang merasa terancam keamanannya. Menurut situs KBRI Yaman, hingga 19 November tahun lalu evakuasi dilakukan dalam lima gelombang.

Amerika Serikat, Inggris dan Prancis telah menyatakan menutup kedutaan besar dan menarik seluruh diplomatnya dari Sanaa, terkait situasi keamanan dan politik yang terus menurun di negara itu. Mereka juga mengimbau warganya untuk segera meninggalkan negara tersebut.

Yaman telah berada dalam krisis selama berbulan-bulan akibat pengepungan Ibukota oleh pemberontak Houthi yang beraliran Syiah. Kondisi kian memburuk setelah mereka mengkudeta pemerintahan pekan ini.

Perserikatan bangsa-bangsa berusaha menegahi dialog antara Houthi dan pihak lain di Yaman, sejak pemberontak membubarkan parlemen. Sebelumnya Houthi juga menyebabkan Presiden Abdrabuh Mansour Hadi mundur setelah militan mengepung rumahnya.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry mendesak pemberontak untuk membebaskan Presiden Hadi, Perdana Menteri Kaled Bahah dan seluruh anggota kabinet Yaman yang mereka tahan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Sumber : tempo.co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper