Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Napi di LP Krobokan Ramai-ramai Pasang Badan Gantikan Terpidana Mati Asal Australia

Napi di LP Krobokan Ramai-ramai Pasang Badan Gantikan Terpidana Mati Asal Australia
Ilustrasi/komisikepolisian.com
Ilustrasi/komisikepolisian.com

Kabar24.com, JAKARTA - Pemerintah menegaskan akan menghukum mati dua terpidana asal Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. Rencana ini menuai protes, termasuk dari penghuni Lembaga Pemasyarakatan Krobokan, Bali.

Para napi berusaha agar keduanya batal dieksekusi. Mereka menulis surat kepada Presiden Jokowi. Dalam surat itu ada yang bersedia menggantikan posisi Andrew Chan untuk dieksekusi. 

"Bila Anda (Jokowi) tetap memutuskan dia dihukum maka saya meminta untuk menggantikannya," kata napi asal Prancis, Francois Jacques Givily, dalam surat yang dikirimkan ke Presiden Joko Widodo dan sebarkan kepada wartawan. Bagi Givily, Chan adalah orang yang telah membawa perubahan dan memberi kekuatan spiritual kepada dirinya.

Hal yang sama juga dinyatakan napi asal Indonesia, Rico Ricardo, 33, tahun. "Saya buat surat ini dengan sadar dan tanpa tekanan," kata Rico dalam suratnya.

Ada juga pernyataan dari Yongki Gunawan, napi yang sedang dalam perawatan karena mengalami stroke. "Kalau Andrew tak dieksekusi, saya rela tidak sembuh dari penyakit ini," katanya. Yongki menganggap Chan sebagai mentor dalam hidupnya.

Napi lainnya, Rizky Pratama mengaku, selama 1,4 tahun berkumpul dengan Andrew Chan dan Myuran, ia mendapatkan motivasi untuk kehidupan yang lebih baik. Menurut Rizky, para napi mendapat keterampilan yang diajarkan oleh keduanya. "Kami mohon Pak Jokowi berkunjung untuk melihat keadaan di sini dan melihat perubahan keduanya," katanya.

Khusus untuk Myuran, surat-surat yang ditujukan kepada Jokowi terutama menceritakan jasanya dalam merubah kehidupan para napi dengan memberikan pelajaran melukis. Dengan cara itu, dia bukan hanya mengajarkan ketenangan, tapi juga memberi alternatif pekerjaan setelah napi keluar dari lapas. 

Menariknya lagi, salah satu penulis surat adalah Prof Dr Made Titib, mantan Dirjen Bimas Hindu dan Rektor Institut Hindu Dharma Negeri IHDN yang terjerat kasus korupsi. "Saya sebagai muridnya dalam hal melukis merasa sangat menghargainya," ujarnya. "Kami setiap hari berharap Presiden dan pemerintah memberikan kemurahan hati untuk membatalkan hukuman mati," kata Titib. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Sumber : Tempo.co

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper