Kabar24.com, JAKARTA - Presiden Perancis Francois Hollande menilai pengunjuk rasa yang melakukan protes terhadap Charlie Hebdo di beberapa negara, tidak memahami budaya kebebasan berbicara yang dianut Prancis.
Hal itu diungkapkannya pada Sabtu (17/1/2015), sehari setelah publikasi mingguan satir Charlie Hebdo tentang kartun Nabi Muhammad SAW memicu bentrokan, termasuk kematian di beberapa negara Muslim.
Seperti dilansir dari Reuters, permintaan untuk edisi pertama Charlie Hebdo sejak kasus penembakan awak redaksi majalah tersebut terus meningkat tajam. Jumlah majalah yang didistribusikan juga melonjak menjadi 7 juta eksemplar, dari yang biasanya hanya 60.000.
Sebuah gambar kartun Nabi Muhammad di halaman depan membuat banyak warga Muslim di dunia marah dan memicu demonstrasi yang berubah menjadi kekerasan di Aljazair, Nigeria dan Pakistan pada Jumlat lalu.
"Kami sudah didukung negara-negara itu dalam perang melawan terorisme," kata Hollande saat berkunjung ke kota selatan Tulle, dimana secara tradisional wilayah itu merupakan wilayah kekuasaan politiknya.
"Saya masih ingin mengungkapkan solidaritas saya [terhadap mereka], tetapi pada saat yang sama Perancis memiliki prinsip-prinsip dan nilai-nilai, kebebasan berekspresi khususnya," tambahnya.
Penembakan di Paris didorong oleh publikasi Charlie Hebdo tentang kartun Nabi Muhammad SAW yang banyak mendapat pertentangan dari masyarakat Muslim karena dianggap menghina keyakinan mereka.
Pada hari kedua bentrokan, polisi menembakkan gas air mata ke arah para pengunjuk rasa yang melemparkan batu di Nigeria. Sebanyak dua gereja dibakar.
Kedutaan Prancis di Niamey menyarankan warganya untuk menjauhi jalan-jalan umum dan risiko demonstrasi.
Lima orang tewas pada hari Jumat di Zinder, kota kedua bekas jajahan Perancis. Sementara gereja-gereja dibakar dan rumah-rumah Kristen dijarah.
Protes juga berubah menjadi kekerasan pada hari Jumat di kota selatan Karachi Pakistan di mana polisi menggunakan gas air mata dan meriam air terhadap demonstran di luar Konsulat Perancis.
Seorang fotografer untuk kantor berita Prancis Agence France-Presse juga terluka oleh tembakan selama protes. Beberapa petugas polisi Aljazair pun terluka dalam bentrokan dengan demonstran di Algiers setelah kerusuhan pecah pada akhir protes.
"Ada ketegangan di luar negeri di mana orang tidak mengerti komitmen kami terhadap kebebasan berbicara. Kami telah melihat protes, dan saya akan mengatakan bahwa di Perancis semua keyakinan dihormati," ujar Hollande.