Kabar24.com, NAY PYI TAW--Untuk mendorong pertumbuhan yang lebih agresif, Myanmar harus membangun wilayah perdesaannya melalui mengembangkan sektor pertanian dan sektor jasa terkait, yang nantinya diharapkan dapat memacu ekspor.
Laporan yang dipublikasikan OECD mengungkapkan saat ini pertumbuhan ekonomi Myanmar terhambat oleh krisis infrastruktur perdesaan, minimnya petani ahli, dan rendahnya kesadaran pemerinyah untuk mempromosikan ekspor.
"Jika ingin mentransformasikan pertumbuhannya, Myanmar harus mulai fokus menggenjot kinerja sektor pertanian yang merupakan penyerap tenaga kerja terbanyak. Penting untuk meningkatkan produktivitas petani melalui program peningkatan keahlian," ungkap Deputi Sekjend OECD Rintaro Tamaki, menyertai laporan tersebut.
Tamaki juga menggarisbawahi sulitnya petani dan pekerja sektor pertanian dalam mengakses pinjaman. Data OECD mencatat hanya 2,5% total pinjaman di Myanmar yang mengalir ke sektor-sektor di perdesaan. Padahal, ekonomi perdesaan menyumbang 30% produk domestik bruto (PDB) nasional.
Di samping itu, OECD pun mendorong Myanmar untuk mulai mempertimbangkan transformasi struktural untuk menarik investasi. Untuk mencapai target pertumbuhan pemerintah, Myanmar setidaknya membutuhkan kenaikan sebesar 21%-28% terhadap PDB.