Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gara-gara Medsos, Pelaku Penembakan Charlie Hebdo Menyerahkan Diri

Gara-gara Medsos, Pelaku Penembakan Charlie Hebdo Menyerahkan Diri
Korban penembakan di Charlie Hebdo/Reuters
Korban penembakan di Charlie Hebdo/Reuters

Kabar24.com, JAKARTA - Salah satu dari tiga pelaku penembakan terhadap majalah mingguan Charlie Hebdo menyerahkan diri setelah mendengar namanya beredar di media sosial.

Dokumen kepolisian yang dilihat oleh Reuters menyebutkan para pelaku adalah Said Kouachi (kelahiran 1980), Cherif Kouachi (kelahiran 1982) dan Hamyd Mourad (kelahiran 1996).

Petugas di kantor penuntut mengatakan pelaku termuda menyerahkan diri ke kantor polisi di Charleville-Mezieres, sekitar 230 timur laut dari Paris, dekat perbatasan Belgia.

Kepolisian Perancis masih mengejar dua pelaku lainnya. Ketiga pelaku kabur dengan mobil setelah menembak mati beberapa kartunis Prancis dan juga dua polisi.

Kepolisian Prancis juga telah menyebarkan dokumen yang menyebutkan mereka dicari karena terlibat serangan Charlie Hebdo. Selain itu, foto kedua pelaku juga disebar dan menyebut mereka "bersenjata dan berbahaya".

Menurut seorang sumber, polisi anti-terorisme mencari mereka di tempat yang berkaitan dengan para pelaku, yaitu Reims, Strasbourg dan Paris.

Cherif Kouachi sebelumnya pernah diadili karena kasus terorisme dan dihukum 18 bulan penjara.

Ia didakwa berkaitan dengan perusahaan teroris pada 2005.

Reuters menyebutkan dalam rekaman video, salah seorang pelaku meneriakkan "Allahu Akbar!" bersamaan dengan suara tembakan. Pelaku lainnya melewati seorang polisi yang terbaring di jalan dan menembaknya sebelum kedua pelaku naik ke mobil hitam dan kabur.

Pelaku ketiga tidak terlihat dalam video tersebut dan tidak jelas apakah ia terlibat langsung dalam serangan.

Pemerintah Prancis memperketat pengamanan dengan menjaga pusat transportasi, rumah ibadah, kantor media dan pusat perbelanjaan.

Beberapa warga Paris takut terhadap efek serangan tersebut pada hubungan bermasyarakat di Prancis. Prancis memiliki populasi muslim terbesar di Eropa.

"Ini buruk bagi semua orang, terutama Muslim meskipun pada kenyataannya Islam adalah agama yang baik. Kejadian ini berisiko membuat keadaan menjadi semakin buruk," kata Cecile Electon, seorang pekerja seni.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Redaksi
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper