Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EKONOMI JEPANG: Inflow Asing Anjlok, Terendah Sejak Krisis 2008

Program utama ekonomi Perdana Menteri Shinzo Abe yang disebutnya sebagai Abenomics dinilai belum menunjukkan hasil memuaskan. Hal ini menyebabkan aliran dana masuk (inflow) asing ke Negeri Sakura jatuh ke level terendah sejak krisis finansial global 2008 lalu.
 Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, TOKYO – Program utama ekonomi Perdana Menteri Shinzo Abe yang disebutnya sebagai Abenomics dinilai belum menunjukkan hasil memuaskan. Hal ini menyebabkan aliran dana masuk (inflow) asing ke Negeri Sakura jatuh ke level terendah sejak krisis finansial global 2008 lalu.

Pemerintah melaporkan inflow dari investor asing Jepang 2014 jatuh hingga 94% ke nilai 898 miliar yen atau setara US$7,5 miliar. Berdasarkan data dari Tokyo Stock Exchange, pembelian saham Jepang per 19 Desember tahun ini tidak lebih dari 10% dari yang mereka beli tahun lalu, yang mencapai  rekor 15,1 triliun yen.

Adapun, per April 2013, investasi asing di pasar saham Jepang bahkan 300% lebih tinggi dari tahun ini. Ekonom Suitomo Mitsui Trust Bank Ltd, Ayako Sera menyampoaikan bahwa untuk kembali menarik investor masuk negara itu, Pemerintah Jepang harus membuktikan komitmen implementasi reformasi struktural pada sistem ekonomi negara itu.

"Abe tidak bisa lagi menggantungkan pertumbuhan p[ada program stimulus, dia harus mulai fokus pada perubahan struktural untuk mengakhiri pertumbuhan lambat dua dekade terakhir. Investor meragukan keefektivan Abenomicss," kata Ayako di Tokyo, Senin (29/12/2014).

Dia menjelaskan, Abe sebaiknya mengubah pola pikirnya mengenai pertumbuhan yang hanya mengandalkan pelonggaran moneter. Ayako menilai sulit untuk investor kembali ke Jepang, setelah kenaikan pajak penjualan April lalu menyebabkan negara itu terjebak pada resesi dalam.

Pertumbuhan Jepang terkontraksi dalam 7,3% pada kuartl II lalu, disusul kontraksi 1,9% pada kuartal berikutnya. Belanja konsumen yang menyumbang 60% produk domestik bruto (PDB) memang menunjukkan pemulihan pascakenaikan pajak penjualan, namun tidak cukup kuat menopang pertumbuhan.

"Kalaupun Jepang tidak tumbuh sama sekali atau mengalami kontraksi, paling  tidak Abe harus menunjukkan bahwa produktivitas negara itu tetap meningkat. Sayangnya hal itu tidak terjadi. Sepertinya akan sulit menaikkan harga saham dalam waktu dekat," tutur Ayako.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dara Aziliya
Editor : Nurbaiti
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper