Bisnis.com, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memastikan penyebab bencana longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kec. Karangkobar murni dipicu oleh kondisi alam serta adanya kesalahan budidaya tanaman penyangga lereng.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan sesuai dengan analisis BNPB, penyebab utama longsor di Dusun Jemblung a.l. karena material penyusun Bukit Telagalele adalah endapan vulkanik tua sehingga solum tanah tebal dan ada pelapukan dengan kemiringan lereng lebih dari 60%.
Mahkota longsor berada pada kemiringan lereng 60—80%.
“Bencana longsor itu diperparah dengan terjadinya hujan deras pada 10 Desember—11 Desember 2014 sehingga tanah jenuh dengan air,” katanya dalam siaran pers yang diterima Bisnis, Senin (15/12/2014).
Selain itu, tanaman di atas bukit adalah tanaman semusim misalnya palawija dan tahunan juga tidak rapat.
“Budidaya pertanian dengan tidak mengindahkan konservasi tanah dan air, dimana tidak ada terasering pada lereng tersebut.”
Hal itu menjadikan Dusun Jemblung menjadi kawasan dengan risiko longsor yang cukup tinggi. Saat ini, di Banjarnegara ada 20 kecamatan yang memiliki potensi sedang-tinggi longsor.
Sementara itu, sesuai dengan data yang dihimpun BNPB, dari 51 korban tewas, sebanyak 43 jenasah dapat diidentifikasi dan sudah diserahkan kepada keluarga, dan delapan orang belum dapat diidentifikasi. “Ada dua jenazah yang langsung dimakamkan karena rusak kondisinya.”
Adapun delapan orang luka berat di rawat di RSUD Banjarnegara dan 11 luka ringan dirawat di puskemas. “Mereka adalah masyarakat di luar dari 108 yang tertimbun.”
Selain itu, pendataan pengungsi masih dilakukan saat ini. Posko melaporkan pengungsi ada 1.886 jiwa yang tersebar di 38 titik. Pengungsi ini sebagian besar bukan berasal dari Dusun Jemblung, tapi dari luar desa-desa lain yang mengungsi ke tempat saudaranya dan didata oleh petugas.
Pengungsi yang sebenarnya 577 jiwa tersebar 10 titik, yaitu dari Dusun Jemblung 200 orang dan 377 jiwa dari dusun dekat lokasi kejadian.
Data sementara kerusakan sebanyak 35 unit rumah rusak berat/hilang tertimbun, masjid satu unit hilang, sungai tertutup longsoran 1 km, sawah rusak 8 ha, kebun palawija 5 ha, sapi 5 ekor, kambing 30 ekor, ayam dan itik 500 ekor. “Total kerugian dan kerusakan masih dalam penilaian.”