Bisnis.com, MEDAN - Ekspor minyak atsiri Sumatera Utara hingga Oktober 2014 sudah mencapai US$61,454 juta di tengah produksi yang mulai berkurang di daerah itu akibat petani beralih ke tanaman lain.
"Ekspor minyak atsiri mulai minyak nilam dan pala Sumut ke berbagai negara seperti Singapura, Prancis, Jepang dan Amerika Serikat," kata Kepala Seksi Ekspor Hasil Pertanian dan Pertambangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumut, Fitra Kurnia di Medan, Minggu (30/11/2014).
Minyak itu untuk keperluan industri kosmetika dan farmasi.
Meski mengalami peningkatan hingga 28,8 persen dibandingkan periode sama tahun lalu, tetapi ekspor produk itu masih belum normal dibandingkan tahun 1990-2.000an.
Ekspor mengalami penurunan karena produksi yang menurun dan harga jual yang juga kurang bagus.
Produksi yang menurun itu sendiri dampak langkah petani yang mengganti tanaman itu ke tanaman lain seperti sawit dengan alasan harganya lebih menjanjikan.
Sekretaris Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sumut, Sofyan Subang menyebutkan, Indonesia di mana Sumut merupakan salah satu sentra produksi minyak atsiri terbesar dunia.
Ekspor komoditas itu sendiri sudah berlangsung cukup lama khususnya ke Singapura yang diduga mengekspor kembali produk itu ke negara lain..
Namun sayangnya produksi minyak atsiri Sumut khususnya minyak nilam yang antara lain dihasilkan dari Nias terus berkurang dampak pergantian tanaman petani.
Diakui, selain proses produksi yang panjang, harga jual yang fluktuasi membuat petani menjadi enggan menekuni usaha itu.
Untuk memenuhi ekspor, kata dia, eksportir banyak melakukan pembelian ke pedagang pengumpul dari Aceh.
Ekspor Minyak Atsiri Sumut Capai US$61,454 Juta
Ekspor minyak atsiri Sumatera Utara hingga Oktober 2014 sudah mencapai US$61,454 juta di tengah produksi yang mulai berkurang di daerah itu akibat petani beralih ke tanaman lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium