Bisnis.com, JAKARTA—Sejumlah politisi Partai Golkar yang saat ini berseberangan pendapat dengan Ketua Umum Aburizal Bakrie (Ical) berharap Musyawarah Nasional (Munas) di Bali mampu menjadi ajang penyelesaian konflik internal partai berlambang beringin itu.
Zainal Bintang, Politisi senior Partai Golkar yang juga masuk dalam Presidium Penyelamat Partai Golkar mengungkapkan Munas Golkar di Bali harus menjadi ajang penyelesaian konflik menyusul partai ini sudah terpecah. “Harus ada solusi yang muncul dari kader partai untuk penyelesaian konflik itu,” katanya kepada Bisnis, Minggu (30/11).
Menurutnya, sangat disayangkan jika Munas—ajang berkumpulnya seluruh kader Golkar baik nasional maupun daerah—hanya menghasilkan ketua umum yang dianggap bermasalah karena melanggar AD/RT partai serta tidak menghasilkan kesepakatan damai.
Bintang berharap, Golkar yang sudah berusia 50 tahun bisa menyelesaikan konflik internal itu secara damai dan bijaksana. “Setelah Munas, Golkar jangan sampai tetap terpecah. Kader sebenarnya tidak ingin Golkar terpecah.”
Saat ini Bintang yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MKGR mengaku berada di Bali untuk menyuarakan rekonsiliasi internal Golkar itu. “Meski berseberangan dengan Ical, saya dan kawan-kawan tetap akan mengawal jalannya munas di Bali. Golkar butuh keajaiban dari Bali.”
Tak hanya Bintang, sejumlah kader yang masuk dalam forum Penyelamat Partai Golkar a.l. Yorrys Raweyai dan Agung Laksono juga berada di Bali. Namun, keduanya mengaku datang ke Bali karena urusan keluarga. “Saya di Bali. Tapi kali ini saya tidak berkepentingan untuk mendatangi Munas Golkar yang diselenggarakan di Nusa Dua. Saya lagi liburan saja,” kata Yorrys yang aktif di AMPG kepada Bisnis.
Meski demikian, Yorrys tetap bersikukuh tidak mengakui adanya Munas Golkar di Bali. “Munas itu ilegal. Bagaimana bisa legal, tim penyelamat sudah memecat Ical dan Idrus Marham yang duduk sebagai sekretaris jenderalnya.”
Pemecatan itu, menurutnya, sesuai dengan pleno tim penyelamat pada 25 November 2014. Surat pemecatan keduanya juga sudah dilayangkan kepada Kementerian Hukum dan HAM yang dipimpin Yasonna H Laoly.
Sementara itu, menurut pengamat politik LIPI Siti Zuhro perpecahan di tubuh Golkar berisiko memunculkan partai baru menyusul kader-kader yang sudah matang dalam berpolitik. “Golkar adalah partai yang subur. Kader-kadernya hebat dan mempunyai basis massa i tingkat akar rumput yang sangat kuat,” katanya.
Untuk itu, jelasnya, golkar perlu mewaspadai sejarah kekalahan Surya Paloh dalam bertanding melawan Ical dalam Munas 2009. “Paloh akhirnya hengkang dari Golkar dan membentuk Nasdem. Selain itu, Golkar juga harus mewaspadai munculnya kepemimpinan ganda jika munas tidak bisa menghasilkan rekonsiliasi.”