Bisnis.com, MOSCOW – Terus-meneris dikenai sanksi ekonomi, Pemerintah Rusia akhirnya mengajukan permohonan pada Uni Eropa untuk mencabut sanksi-sanksi tersebut, dengan jaminan mereka akan menyudahi embargo pangan.
Seperti diketahui, Rusia telah melarang impor makanan dari negara-negara barat dengan nilai mencapai US$9 miliar per tahun. Namun, dewan Uni Eropa dikabarkan menolak permintaan tersebut, dengan alasan Rusia masih terlibat dalam gerakan pemberontak di Ukraina.
“Kami tidak berharap apapun dari rekan-rekan Uni Eropa. Kami hanya ingin mereka menyudahi sanksi sia-sia ini,” ungkap Menteri Luar Negeri Rusia, Alexei Meshkov seperti dikutip Reuters dari kantor berita Interfax, Sabtu (29/11/2014).
Atas alasan menimbulkan pemberontakan di Ukraina, Uni Eropa dan Amerika Serikat menjatuhkan beberapa sanksi ekonomi pada Negeri Beruang Merah. Sanksi tersebut terutama menyasar sektor energi, perbankan, dan pertahanan. AS dan Uni Eropa telah membekukan aset Rusia dan menetapkan larangan perjalanan.
Sebelumnya, Presiden European Commission Jeal-Claude Juncker menyampaikan aneksasi Rusia ke Krimea pada Maret lalu menyisakan dua pilihan bagi negara-negara Eropa, yaitu memerangi Rusia atau mengajukan sanksi ekonomi.
“Karena kita tidak menginginkan peperangan, maka satu-satunya cara adalah melalui sanksi ekonomi. Sejauh ini kita belum melihat upaya Rusia menyudahi krisis di Ukraina,” kata Juncker beberapa waktu lalu.
Akibat sanksi eknomi itu, bank sentral Rusia memangkas pertumbuhan nasional ke level 0% pada 2015, dengan kata lain negara itu tidak mengalami pertumbuhan sama sekali.
Awal pekan ini, Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov menyampaikan penurunan harga minyak dunia dan sanksi finansial oleh negara-negara Barat akan merugikan keuangan negara sekitar US$130 – US$140 miliar per tahun, atau setara dengan 7% dari total PDB.