Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menkeu Jepang Kian Khawatirkan Perlemahan Yen

Di tengah hiruk-pikuk terkontraksinya perekonomian Jepang untuk kedua kalinya tahun ini, Menteri Keuangan Taro Aso menyorot perlemahan yen yang terus terjadi. Secara implisit Aso menunjukkan kepasrahannya karena perlemahan yen merupakan dampak dinamika pasar.
  Jepang kian khawatirkan perlemahan yen. /Antara
Jepang kian khawatirkan perlemahan yen. /Antara

Bisnis.com, TOKYO – Di tengah hiruk-pikuk terkontraksinya perekonomian Jepang untuk kedua kalinya tahun ini, Menteri Keuangan Taro Aso menyorot perlemahan yen yang terus terjadi. Secara implisit Aso menunjukkan kepasrahannya karena perlemahan yen merupakan dampak dinamika pasar.

Aso menyampaikan bahwa dalam sepekan terakhir, yen melemah pada laju tercepatnya. Yen kian menurun melawan dolar, sejak akhir Oktober lalu bank sentral memutuskan menambah stimulus untuk menyiasati lesunya belanja domestik.

“Tingkat nilai tukar yen amat ditentukan oleh situasi pasar, pemerintah tidak bisa mengintervensi berlebihan. Namun amat disayangkan nilai tukar terus merosot. Nilai tukar yang naik atau jatuh tiba-tiba tidak baik bagi perekonomian,” kata Aso di Tokyo, Jumat (21/11/2014.

Aso menggarisbawahi perlemahan yen yang akan terus menggerus kemampuan belanja rumah tangga karena harga barang-barang impor akan naik. Jika hal tersebut terjadi, ekspor Jepang yang melesat ke level tertinggi pada Oktober tidak akan mampu berkontribusi besar menggenjot pertumbuhan.

Sepanjang tahun ini, yen telah melemah hampir 11% terhadap dolar dan nilai tukar telah jatuh 7% sejak Gubernur Bank of Japan (BoJ) Haruhiko Kuroda memutuskan untuk meningkatkan basis moneter 30 Oktober lalu.

Seperti diketahui, setelah data indeks harga konsumen yang menunjukkan Kuroda masih setengah jalan menuju target inflasi menggerakkannya untuk meningkatkan basis moneter menjadi 80 triliun yen dari sebelumnya 60 triliun yen – 70 triliun yen.

Tak berapa lama setelah bank sentral mengumumkan penambahan stimulus, data kontraksi Jepang dua kuartal berturut-turut mendorong Perdana Menteri Shinzo Abe menunda kenaikan pajak penjualan. Yen pun kian lemah dan investor kini mengkhawatirkan situasi finansial Jepang.

Selama ini, Aso memang intensif menyuarakan bahwa Jepang tak seharusnya membiarkan perlemahan yen. Pandangannya ini bersebarangan dengan Kuroda, yang menilai Jepang harus memanfaatkan perlemahan yen terutama untuk menciptakan harga produk ekspor yang lebih kompetitif di luar negeri.

Aso pun sempat mengakui bahwa di satu sisi perlemahan yen memang membantu para eksportir mengumpulkan keuntungan yang lebih banyak. Namun di sisi lain, biaya impor yang tinggi akan kian membekukan belanja domestik.

“Aso tersentak dengan perlemahan yen yang dalam seminggu terakhir merosot terlalu cepat. Ia sadar, sulit untuk mengendalikan cepatnya laju perlemahan yen,” jelas ekonom SMBC Nikko Securities Inc, Koya Miyamae.

Sesaat setelah Aso menyampaikan kekhawatirannya, nilai tukar yen meningkat tajam terhadap dolar. Yen naik ke level 117,355 per dolar dari sebelumnya di level 118. Adapun, Kamis lalu yen sempat berada di level terlemahnya 118,98 per dolar AS.

Sementara itu, ekonom HSBC Kosuke Hanao menilai meski pasar langsung bereaksi terhadap komentar Menkeu Aso, penguatan yen hanya berlangsung sementara.

“Pemain pasar telah memperkirakan koreksi yen tak terhindarkan menjelang libur nasional Jepang Senin mendatang,” kata Hanao. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dara Aziliya
Editor : Setyardi Widodo
Sumber : Bloomberg/Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper