Bisnis.com, JAKARTA - Seluruh dewan perwakilan serta sejumlah organisasi pendiri dan bentukan segera memutuskan nasib kepemimpinan Aburizal Bakrie (Ical) dalam Musyawarah Nasional IX Partai Golkar yang akan diselenggarakan di Bandung, Jawa Barat, pada 30 November 2014.
Sesuai data partai, saat musyawarah nasional (munas) bakal ada sekitar 550 suara yang terdiri dari suara DPP, 34 suara DPD tingkat I atau provinsi, sekitar 500 suara DPD II atau kabupaten/kota, serta sejumlah suara dari organisasi pendiri dan bentukan seperti Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR), Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong (Kosgoro), Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (Soksi), dan Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG).
Nasib Ical untuk kembali menjadi Ketua Golkar sebenarnya masih mujur. Selain tidak ada larangan petahana mencalonkan lagi sebagai ketua umum, seluruh elit DPD I sudah menyatakan dukungannya kepada Ical. Dukungan itu disampaikan dalam pandangan umum DPD I saat Rapimnas yang digagas Ical di Jogjakarta.
Namun, deret mujur nasib itu belum cukup untuk mengamankan posisi Ical. Banyak kader a.l. yang tergabung dalam poros muda, barisan lintas generasi, serta sejumlah kader yang sudah jengah melihat tingkah Ical justru menguatkan barisan.
Barisan ‘kontra’ itu menyatakan akan tetap berada di Golkar. “Sesuai rapat konsolidasi yang digelar hingga Kamis (20/11) malam, kami tidak akan membuat DPP tandingan. Kami akan ikut di Munas untuk membenahi Golkar,” kata Yorrys Raweyai, politikus Golkar kepada Bisnis, Jumat (21/11/2014).
Saat munas, jelasnya, barisan itu akan memaparkan visi dan misi Golkar agar calon ketua umum terpilih bisa menjalankan amanat sesuai ketentuan partai.
Barisan itu pun juga menghitung potensi Ical dalam pencalonan ketum baru. Hitungan itu menghasilkan peluang calon ketua umum masih belum tertutup untuk ada kandidat di luar Ical. Dari hitung kepala, masih ada sedikitnya 500 suara lain. Pastinya, masih ada waktu menggalang dukungan atau lobi-lobi mengingat politik di partai ini sangat dinamis.
Untuk bisa menandingi Ical, barisan itu mengusung politikus calon kuat yang diprediksi sanggup berkomitmen mengembalikan Golkar sesuai relnya. Nama-nama seperti Agung Laksono dari Kosgoro, Priyo Budi Santoso dari MKGR, serta Agus Gumiwang dari Soksi pun diusung.
Tiga nama politikus itu benar-benar dibesarkan oleh Golkar. Bukan seperti Ical yang bergabung di Golkar dengan latar belakang pengusaha. “Ical itu pebisnis, bukan politikus yang besar dari Golkar.”
Saat ini, menurut Yorrys, ambisi Ical bukan lagi fokus membesarkan Golkar sesuai dengan visi dan misi. “Tapi hanya untuk menguatkan dirinya untuk tetap bisa di lingkaran Koalisi Merah Putih [KMP].”
Ke depan, Golkar sepertinya harus segera berubah untuk kembali merebut kepercayaan publik yang selama ini diakui terkikis lantaran kepemimpinan Ical. Namun jika masih ingin mencoba ketangguhan Ical, itu terserah Munas...