Bisnis.com, JAKARTA--Untuk mengatasi krisis listrik di Sumatra Utara yang telah terjadi bertahun-tahun, pemerintah meminta PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk membeli listrik dari PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero).
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Mariani Soemarno mengatakan ketimbang PLN membeli listrik dari Malaysia, lebih baik membeli dari Inalum yang baru saja menjadi perusahaan pelat merah.
"Saya mengatakan ke PLN, ya beli dong dari Inalum, toh harganya sama US$9 sen dari Serawak. Dengan membeli US$9 sen, maka Inalum untung US$8 sen, berarti keuntungan beli listrik saja bisa US$160 juta per tahun," ungkapnya, Senin (10/11/2014).
Dia mengungkapkan, PLN dapat membeli listrik dari Inalum sebanyak 300 Megawatt. Total produksi listrik yang digunakan Inalum saat ini sebanyak 440 Mw dengan biaya sebesar US$1 sen/KWh.
Padahal, bila PLN memproduksi listrik menggunakan diesel atau gas, biaya per 1 Kwh masing-masing mencapai US$3.000 dan US$2.500.
Sementara dari listrik yang digunakan Inalum hanya mencapai 440 Mw untuk memproduksi 265.000 ton aluminium ingot. Dari produksi aluminium ingot saja, keuntungan Inalum dapat mencapai US$140 juta.
"Kalau setengah listrik dijual ke PLN yakni 210 MW yang akan dikirim dan 90 Mw sudah terkirim ke PLN, maka hitung saja sisanya," paparnya.
Pemerintah menginginkan agar PLN membeli separuh dari produksi listrik Inalum dengan catatan produksi aluminium ingot tetap berjalan bahkan terus ditingkatkan.
Di Sumut, tercatat sejak tahun lalu terjadi defisit listrik mencapai rata-rata 280 Mw/hari. PLN telah menyewa genset untuk mengatasi krisis listrik dengan kapasitas 150 Mw dari total target sekitar 430 Mw.