Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Menkeu Fuad Bawazir mengatakan pemerintah Jokowi-JK berada dalam tarikan kepentingan yang kuat antara kelompok yang pro terhadap ekonomi kerakyatan dan pro neolib atau pro pasar.
Tarik menarik itu khususnya terjadi dalam rencana kenaikan harga BBM pada akhir tahun, ujarnya.
Kalau pro ekonomi kerakyatan maka tidak akan menaikkan harga BBM, sebaliknya kalau pro neolib maka mereka akan mendukung pencabutan subsidi BBM. Dengan demikian harga BBM terpaksa dinaikkan, ujarnya.
“Jadi, Jokowi nanti mau memilih rakyat, kapitalis atau neolib?," ujarnya mempertanyakan.
Dia mengingatkan agar jangan sampai nilai-nilai kemandirian ekonomi sebagai salah satu nilai dalam Trisakti Bung Karno yang diusung selama kampanye Pilpres hanya sebagai slogan.
"Begitu juga revolusi mental yang akan dilakukan oleh Presiden Jokowi," ujarnya di Gedung DPD, Jumat (31/10/2014).
Karena itu, kalau ada sinyalemen ekonomi Trisakti diprotes oleh investor asing maka hal itu wajar, kata Fuad. Artinya, asing memang tidak menghendaki pemerintahan ini membela rakyat, agar mereka bisa bebas berinvestasi di Indonesia.
“Padahal, saya ketika menjadi Dirjen Pajak, yang namanya investasi asing itu kecil konstribusinya pada pajak negara, dan malah lebih banyak meruginya dari pada manfaatnya,” ujarnya.
Menurut Fuad, dulu Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto sama-sama memusuhi kapitalis dan neolib. Baru pasca reformasi ini, ekonomi neolib dan kapitalis itu berkembang pesat.
"Karena itu, wajar kalau perkembangan ekonomi selalu dikaitkan dengan respon pasar, menguatnya dollar AS, indek saham atau IHSG dan sebagainya," ujarnya.