Bisnis.com, BANDUNG - Pelaku industri alas kaki mengeluhkan merosotnya kinerja ekspor sepanjang tahun ini yang dipicu lesunya kondisi pasar internasional.
Selain itu, kenaikan upah buruh yang terjadi sejak tahun lalu diperkirakan juga memperlemah kinerja ekspor alas kaki.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprisindo) Binsar Marpaung mengatakan pelaku industri alas kaki belum sepenuhnya mampu mengatasi kenaikan upah buruh yang terjadi sejak tahun lalu.
Pasalnya, kenaikan upah buruh membuat prinsipal alas kaki dari luar negeri mengalihkan ordernya ke negara lain.
"Biaya produksi yang besar akan berpengaruh kepada kenaikan harga," kata Binsar kepada Bisnis, Kamis (2/10/2014).
Pihaknya menggambarkan, hingga akhir tahun ini, ekspor alas kaki diperkirakan hanya mencapai US$2,85 miliar - US$3 miliar atau turun hingga hampir 30% dari tahun 2013 yang mencapai US$3,9 miliar.
Menurut Binsar, potensi order dari prinsipal alas kaki internasional akan beralih ke Myanmar dan Vietnam karena, investasi sektor alas kaki di dua negara ini terus menunjukkan tren meningkat.
Binsar menjelaskan perusahaan-perusahaan tersebut telanjur tidak percaya terhadap kemampuan pemerintah untuk memberi kepastian berusaha dan menjamin kestabilan iklim usaha di Tanah Air.
Terkait hengkangnya order prinsipal alas kaki internasional dari Indonesia, Ia berharap hal tersebut tidak akan mempengaruhi ekspor alas kaki dalam jangka panjang.
“Pasalnya hampir sebagian besar anggota Aprisindo merupakan perusahaan alas kaki dengan orientasi ekspor,” pungkas Binsar.
Badan Pusat Statistik Jawa Barat mencatat ekspor alas kaki mengalami penurunan terbesar pada Juli 2014 sebesar 28,76% dibandingkan periode sebelumnya.
Kepala Bidang Distribusi Statistik BPS Jabar Dody Gunawan Yusuf mengatakan penurunan ekspor alas kaki pada bulan Juli karena bertepatan dengan momen Lebaran.
“Penurunan tersebut dipicu aktivitas produksi yang libur pada momen Lebaran,” katanya.
Dia melanjutkan komoditi lainnya yang mengalami penurunan adalah karet dan barang dari karet turun sebesar 22,63%, plastik dan barang dari plastik turun sebesar 19,86 %, mesin-mesin pesawat mekanik turun sebesar 16,68%, filamen buatan turun sebesar 15,54%.