Bisnis.com, BEIJING – Kendati rentetan data menunjukkan sejumlah indikator ekonomi utama tengah melemah, Pemerintah China menyatakan tidak akan secara tiba-tiba mengubah kebijakan ekonominya.
Menteri Keuangan China Lou Jiwei menyampaikan kebijakan ekonomi negara tersebut akan tetap dipertahankan meski sejumlah ekonom dan lembaga riset beramai-ramai memangkas estimasi mereka atas pertumbuhan Negeri Tembok Raksasa.
“China tidak akan mengubah arah kebijakan hanya karena melemahnya satu indikator ekonomi,” kata Lou seperti dikutipReuters dari rilis People’s Bank of China (PBOC) yang dipublikasikan di Beijing, Minggu (21/9/2014).
Pekan lalu, Australia & New Zealand Banking Group Ltd memangkas proyeksi pertumbuhan China kuartal III menjadi rentang 6.5%-7% dari sebelumnya 7,5%. Berdasarkan pantauan Bloomberg, produk domestik bruto (PDB) China pada Agustus naik 6,3% dari bulan yang sama tahun sebelumnya, melambat dari kenaikan 7,4% pada Juli.
Royal Bank of Scotland (RBS) Group Plc memangkas pertumbuhan China 2014 menjadi 7,2% dari sebelumnya 7,6%, merujuk pada publikasi data indikator Negeri Tembok Raksasa selama Agustus.
Ekonom merujuk pada data yang dirilis baik oleh pemerintah maupun pihak swasta menunjukkan perlemahan terjadi pada beberapa indikator ekonomi negara tersebut seperti belanja domestik, penjualan retail, investasi tetap, sektor properti, dan sektor manufaktur.
Perlemahan terdalam ditunjukkan oleh produksi industri Agustus negara tersebut yang anjlok ke tingkat terendah dalam 6 tahun. Hal serupa terjadi pada pembiayaan agregat yang mengindikasikan tingkat pengucuran kredit Negeri Panda jauh di bawah rata-rata.
Menanggapi data-data tersebut, Lou permisif. “China tidak boleh bergantung pada belanja pemerintah untuk meningkatkan investasi pada infrastruktur,” tambahnya.
Hal tersebut sejalan dengan apa yang pernah disampaikan oleh Perdana Menteri China Li Keqiang. Li sempat mengatakan China jangan tergoda dengan stimulus, dan harus berfokus pada pertumbuhan jangka panjang melalui reformasi struktural.
“China telah berhasil meminimalisasi risiko krisis finansial global. Kini saatnya kami meningkatkan kapasitas, mengurangi polusi lingkungan, dan menyiasati utang pemerintah daerah,” kata Lou.
Ia menegaskan, kebijakan makroekonomi akan berlanjut fokus pada mempertahankan pertumbuhan tingkat tenaga kerja dan stabilitas harga-harga barang kebutuhan.